Advertisement

Menurut Arsitek, Tidak Ada Konstruksi Bangunan Yang Paling Kuat Melawan Gempa

Sunartono
Jum'at, 06 April 2018 - 14:10 WIB
Laila Rochmatin
Menurut Arsitek, Tidak Ada Konstruksi Bangunan Yang Paling Kuat Melawan Gempa Simulasi bencana alam, Selasa (3/4/2018). (Harian Jogja - Jalu Rahman Dewantara)

Advertisement


Harianjogja.com, SLEMAN -- Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY menyarankan pada kesiapsiagaan bencana ketimbang memberikan rekomendasi terkait jenis konstruksi yang paling aman menghadapi gempa.

Alasannya, karena kejadian alam seperti gempa tidak bisa diprediksi waktu dan kekuatannya sehingga  nyaris tidak ada tipe konstruksi yang sepenuhnya dapat menjamin keamanan dari gempa.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY Ahmad  Syaifudin Mutaqi menjelaskan untuk antisipasi kejadian alam seperti gempa, pihaknya lebih menyarankan pada kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi. Karena tidak ada manusia yang mampu bersaing dengan alam ketika sedang mencari kestabilan.

Ia juga tidak berani menyatakan secara langsung, berbagai model konstruksi tertentu dapat diklaim paling tahan terhadap guncangan gempa.

"Ketika alam ingin mencari kestabilan baru memang ada dampak, kita harus paham tentang itu. Mungkin cara memahami kestabilan baru itulah yang harus terus kita pelajari. Ini penting bagi arsitek karena dengan pemahaman itu arsitek dapat menularkan kompetensi yang dimiliki kepada masyarakat," ungkapnya, Kamis (5/4/2018).

Ia justru menyarankan masyarakat agar lebih cerdas dalam menghadapi situasi kebencanaan. Akan tetapi, terkait kesiapsiagaan, arsitek sebenarnya selalu mengedepankan siap siaga bencana dalam setiap desain karya yang dihasilkan.

"Kalau saya jawab konstruksi a atau b tahan terhadap bencana itu enggak relevan, saya sadar betul alam kok dilawan. Lebih baik kita bersahabat dengan alam. Kita harus sadar betul bahwa berada di ring of fire," ucapnya.

Tetapi, ia tidak menampik bahwa sudah ada ketentuan umum terkait pembebanan dalam konstruksi. Ia mengatakan berkaitan dengan perhitungan pembebanan bangunan secara prinsip bisa ditimbulkan dari atas, mulai dari atap hingga lantai atas hingga orang yang tinggal di atas lantai. Kemudian beban yang ditimbulkan dari samping seperti angin sehingha memiliki kekuatan kelenturan juga harus diperhitungkan dalam mendesain.

Selain itu beban yang ditimbulkan dari efek kegempaan atau merambat dari permukaan bumi. Pengetahun tersebut harus dipahamkan terutama bagi para arsitek yang memiliki kompetensi yang dimiliki untuk mengenal bangunan, manusia dan lingkungannya.

"Seperti jalan yang dipasangi paving, kalau ada efek gempa yang merambat di permukaan, itu terus pavingnya kayak ombak, pengetahuan itu harus dipahamkan," tegas dia.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah dan DPR Didesak Segera Mengesahkan RUU Perampasan Aset

News
| Jum'at, 19 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement