Advertisement

Berusaha Tetap Tegar dan Menantikan Tangisan Si Buah Hati

Kusnul Isti Qomah
Minggu, 08 April 2018 - 18:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Berusaha Tetap Tegar dan Menantikan Tangisan Si Buah Hati Fetsi Setiawati ketika menggendong bayinya. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Fetsi Setiawati, ibu muda ini tengah berjuang keras mencari solusi terbaik untuk si buah hati. Haikal, bayi mungil yang lahir 7 Februari 2018 mengalami kondisi kesehatan yang menyedihkan.

"Harapan saya, anak saya [kelak] bisa hidup mandiri. Saya mau nangis. Semoga bisa berkumpul dengan orang tua," ujar dia sambil menahan isakan tangisnya.

Advertisement

Haikal diduga menderita penyakit TORCH. Ia tidak menduga anaknya bisa terkena penyakit tersebut. Namun, ia mengakui belum pernah mengikuti tes TORCH sebelumnya.

Dalam situs Alodokter disebutkan, TORCH atau Toxoplasmosis, other disease (Sifilis, HIV, campak), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simpleks merupakan serangkaian penyakit infeksi yang biasanya menimpa janin atau bayi baru lahir. Kuman penyebab TORCH berasal dari daging yang tidak dimasak matang, sayur dan buah yang tidak dicuci bersih, atau karena hubungan seksual. TORCH dapat menyebabkan kecacatan dan gangguan pada janin dan bayi baru lahir.

Ketika bayinya lahir, perasaan Fetsi tak tergambarkan. Tangisan bayi pun menjadi hal yang ia damba-damba. Ketika ibu muda lain harus bolak-balik dari ruang perawatan ke ruang bayi karena si buah hati menangis, Fetsi pun hanya bisa melihat dan berharap ia akan segera dipanggil juga.

"Pas di rumah sakit, nangisnya juga berbeda karena mulutnya tidak bisa membuka. Entah ini dari hidrosefalusnya atau pola sindromnya," jelas dia.

Mulut Haikal masih belum bisa membuka. "Ini kaku semua jadi tidak ada emosi sama sekali. Tidak pernah tersenyum," ucap dia dengan suara tercekat.

Segala upaya dilakukan. Dokter pun ia kunjungi untuk mencari jalan keluar termasuk mencoba meraih Dokter Juanda yang ahli dalam pengobatan TORCH. "Dokter-dokter dan second opinion juga saya lalukan. Ketika menemukan [cara], langsung saya cari. Saya tidak mau menunda sedetik pun untuk memberikan penanganan pada anak saya," ucap dia.

Haikal kini sudah mulai bisa kaget. Hal itu menjadi satu pertanda baik. Ini berarti pendengaran Haikal mulai berfungsi. "Kadang-kadang saya kagetin agar tahu benar sudah bisa dengar atau belum," jelas dia.

Namun, perkembangan indra pendengaran itu belum diikuti indra penglihatannya. "Pergerakan bola mata masih di tengah, kayak juling gitu. Kadang saya kasih benda berwarna untuk melihat ada pergerakan atau belum. O, ternyata belum."

Pergerakan bola mata bayi itu pun belum sama antara kanan dan kiri. "Kanan di situ terus. Kalau kiri naik turun. Saya sudah bawa ke dokter mata. Kemungkinan ada hubungan dengan hidrosefalusnya. Enam bulan lagi disuruh periksa lagi," ujar warga Kutuasem RT 1, RW 16, Sinduadi, Mlati, Sleman ini.

Fetsi berupaya selalu kuat menghadapi hal tersebut dengan tidak pernah menyerah mencari pengobatan bagi anak keduanya. Ia juga menyemangani ibu muda lainnya yang memiliki ujian serupa. "Pedoman saya, setiap keluarga punya air mata. Air matanya masing-masing. Ini air mata kami dan keluarga lian juga pasti ada untuk hal lain. Jangan anggap yang itu senang ya, ini sedih ya."

Fetsi dan keluarga tidak menolak jika ada pihak-pihak yang ingin mengulurkan bantuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang

News
| Jum'at, 19 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement