Advertisement

Caleg DIY Harus Paham UU Keistimewaan

Abdul Hamied Razak
Senin, 23 April 2018 - 16:20 WIB
Arief Junianto
Caleg DIY Harus Paham UU Keistimewaan Pemateri memberikan pengarahan dalam Pelatihan Kader Pimpinan Daerah Satria DIY di Hotel Tasnem, Jogja, Senin (23/4/2018). - JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Para calon anggota legislatif (caleg) yang akan maju pada pemilu mendatang harus memahami Undang-Undang (UU) Keistimewaan DIY. Oleh karenanya, pelatihan dan pembekalan terkait Keistimewaan DIY mutlak dilakukan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh DPD Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) DIY.

Ketua DPD Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) DIY Donny Ardana mengatakan pelatihan melalui pendidikan politik bagi para kader terus dilakukan menyongsong Pemilu 2019.

Advertisement

"Untuk tema pertama kami pilih terkait dengan Keistimewaan DIY. Kami pilih tema itu karena masih banyak yang belum memahami Keistimewaan DIY," ujar di sela-sela pelatihan di Hotel Tasnem Jogja, Senin (23/4/2018).

Terlebih dalam kepengurusan Pimpnan Daerah (PD) Satria DIY yang baru, katanya, ada beberapa pengurus yang bukan asli DIY dan belum mengetahui UU Keistimewaan DIY. Pelatihan tersebut juga bertujuan agar para kader yang akan maju menjadi Caleg Partai Gerindra memahami apa yang akan diperjuangkan.

"Selama ini Partai Gerindra DIY dikenal sebagai pendukung paling depan Keistimewaan DIY, tapi kalau Caleg-nya tidak paham justru mempermalukan Partai," katanya.

Pelatihan kader, lanjutnya, akan dilakukan secara maraton hingga Februari 2019. Pihaknya sudah menyiapkan berbagai tema pelatihan dengan mendatangkan para ahli di bidangnya. "Sudah disiapkan materi dan narasumber yang kompeten di bidangnya," kata Donny.

Dalam kesempatan pelatihan kader pertama, didatangkan guru besar FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UGM, Prof Irwan Abdullah. Dalam paparannya Prof Irwan menjelaskan terkait budaya Jawa di Jogja di tengah-tengah banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang masuk ke DIY.

"Ada budaya dominan, yaitu budaya Jawa yang bisa mengikat masyarakat yang tinggal di Jogja," katanya.

Dia juga meminta nilai-nilai budaya Jawa, khususnya yang ada di Keraton Jogja pada tata sosial, bisa diajarkan ke publik. Dirinya mengkritisi kurikulum pendidikan nasional saat ini yang dinilainya kering muatan lokal (mulok). Seperti penerapan bahasa kromo hinggil kepada anak-anak, dinilai perlu dilakukan agar untuk penguatan karakter anak dan Keistimewaan DIY.

"Mulok paling membatik, padahal ada nilai budaya Jawa yang lebih dari itu dan belum diajarkan. Ini yang bisa mendukung Keistimewaan DIY," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Penetapan Pilpres oleh KPU, Gibran: Nanti Ada Beberapa Pertemuan

News
| Selasa, 23 April 2024, 12:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement