Advertisement
Caleg DIY Harus Paham UU Keistimewaan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Para calon anggota legislatif (caleg) yang akan maju pada pemilu mendatang harus memahami Undang-Undang (UU) Keistimewaan DIY. Oleh karenanya, pelatihan dan pembekalan terkait Keistimewaan DIY mutlak dilakukan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh DPD Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) DIY.
Ketua DPD Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) DIY Donny Ardana mengatakan pelatihan melalui pendidikan politik bagi para kader terus dilakukan menyongsong Pemilu 2019.
Advertisement
"Untuk tema pertama kami pilih terkait dengan Keistimewaan DIY. Kami pilih tema itu karena masih banyak yang belum memahami Keistimewaan DIY," ujar di sela-sela pelatihan di Hotel Tasnem Jogja, Senin (23/4/2018).
Terlebih dalam kepengurusan Pimpnan Daerah (PD) Satria DIY yang baru, katanya, ada beberapa pengurus yang bukan asli DIY dan belum mengetahui UU Keistimewaan DIY. Pelatihan tersebut juga bertujuan agar para kader yang akan maju menjadi Caleg Partai Gerindra memahami apa yang akan diperjuangkan.
"Selama ini Partai Gerindra DIY dikenal sebagai pendukung paling depan Keistimewaan DIY, tapi kalau Caleg-nya tidak paham justru mempermalukan Partai," katanya.
Pelatihan kader, lanjutnya, akan dilakukan secara maraton hingga Februari 2019. Pihaknya sudah menyiapkan berbagai tema pelatihan dengan mendatangkan para ahli di bidangnya. "Sudah disiapkan materi dan narasumber yang kompeten di bidangnya," kata Donny.
Dalam kesempatan pelatihan kader pertama, didatangkan guru besar FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UGM, Prof Irwan Abdullah. Dalam paparannya Prof Irwan menjelaskan terkait budaya Jawa di Jogja di tengah-tengah banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang masuk ke DIY.
"Ada budaya dominan, yaitu budaya Jawa yang bisa mengikat masyarakat yang tinggal di Jogja," katanya.
Dia juga meminta nilai-nilai budaya Jawa, khususnya yang ada di Keraton Jogja pada tata sosial, bisa diajarkan ke publik. Dirinya mengkritisi kurikulum pendidikan nasional saat ini yang dinilainya kering muatan lokal (mulok). Seperti penerapan bahasa kromo hinggil kepada anak-anak, dinilai perlu dilakukan agar untuk penguatan karakter anak dan Keistimewaan DIY.
"Mulok paling membatik, padahal ada nilai budaya Jawa yang lebih dari itu dan belum diajarkan. Ini yang bisa mendukung Keistimewaan DIY," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penetapan Pilpres oleh KPU, Gibran: Nanti Ada Beberapa Pertemuan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Program Desentralisasi Sampah, Ini Harapan DPRD Jogja
- Viral Sampah Menumpuk Selama Seminggu di Pasar Beringharjo Timur, Sudah Diangkut Sisakan Bau Menyengat
- MPBI DIY Bakal Mengawal Penyaluran THR Lebaran yang Belum Tuntas
- 391 Jamaah Haji Kota Jogja Akan Berangkat Dalam 3 Kloter
- Januari-April, Belasan Anak di Jogja Terpapar Kasus Flu Singapur, Berikut Gejalanya
Advertisement
Advertisement