Advertisement

Aduh, Banyak Bangunan di Banjarnegara Tak Sesuai Standar Gempa

Sunartono
Selasa, 24 April 2018 - 17:10 WIB
Laila Rochmatin
Aduh, Banyak Bangunan di Banjarnegara Tak Sesuai Standar Gempa Dosen Ahli Bencana Alam dan Rekayasa Kegempaan FTSP UII Prof. Sarwidi. - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Univeristas Islam Indonesia (UII) mengidentifikasi bangunan yang roboh akibat gempa di Banjarnegara. Hasilnya, banyak bangunan yang tidak sesuai standar, sehingga ke depan perlu didorong pendampingan dalam hal konstruksi untuk mengurangi risiko bencana bagi warga.

Dosen Ahli Bencana Alam dan Rekayasa Kegempaan FTSP UII Prof. Sarwidi mengaku prihatin dengan adanya dua korban jiwa dalam gempa yang terjadi di Banjarnegara beberapa waktu lalu. Dari hasil analisisnya di lapangan, ada indikasi perbesaran goncangan di beberapa tempat di Banjarnegara.

Bangunan yang rusak berat sebagian besar tidak mengikuti kaidah membangun hunian tahan gempa. Antara lain, struktur yang kurang menyatu, mutu tembok yang rendah hingga keberadaan material kayu dan bambu yang sudah lapuk, hingga penggunaan pasir yang tidak standar.

"Sehingga bangunan yang kurang memenuhi standar keamanan gempa banyak yang roboh dan rusak berat," ucapnya, Senin (23/4/2018).

Guru besar yang menjadi pengarah di BNPB ini menambahkan, di lokasi kerusakan ia menemukan ada inovasi bangunan oleh masyarakat dalam menekan biaya pembangunan dengan kombinasi tulangan baja dan bambu untuk memperkuat rangka beton. Namun, tidak dibuat sesuai dengan kaidah semestinya, seperti kekurangan pembuatan kait penyambungan tulangan, sambungan pada simpul antarelemen beton pengekang yang tidak memadai.

"Selain itu pemakaian tulangan baja terlalu kecil sehingga sangat lemah saat tulangan sudah berkarat akibat kurang sempurna dalam pembetonan. Kami sangat menghargai inovasi itu, sayangnya cuma teknis kurang memadai," katanya.

Ia menambahkan dalam serangkaian peristiwa gempa di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, mengindikasikan pola yang sama. Umumnya korban meninggal dan kerugian harta benda diakibatkan oleh dinding atau tembokan rumah mau pun bangunan umum. Oleh karena itu, Sarwidi menegaskan pengurangan risiko bencana akibat guncangan gempa akan jika efektif memprioritaskan pada antisipasi kerusakan bangunan tembokan dan sejenisnya.

"Dan antisipasi pada bangunan tembokan selama ini tergolong sangat lambat," kata dia.

Sarwidi menyarankan pentingnya memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat dalam membuat bangunan yang lebih antisipatif . Paling tidak seharusnya tidak ada korban jiwa, karena soal kerusakan memang tak bisa dihindari. Selain itu, perlu ada gerakan nasional pengurangan risiko bencana gempa agar menjadi kekuatan besar dalam mencegahp dampak korban jiwa akibat gempa.

"Gerakan ini perlu dilakukan karena sebagian besar permukiman di Indonesia terancam gempa," ujarnya.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ditangkap di Kontrakannya, Begini Tampang Pelaku Pemerasan Penumpang Grab Car

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement