Advertisement

Ini Dia Permainan Tradisional Gerit-Gerit Lancung dan Goco yang Harus Dilestarikan

Jalu Rahman Dewantara
Jum'at, 11 Mei 2018 - 09:50 WIB
Bhekti Suryani
Ini Dia Permainan Tradisional Gerit-Gerit Lancung dan Goco yang Harus Dilestarikan Kegiatan Revitalisasi Seni Permainan Tradisional yang dilangsung di Dusun Sedono, Desa Pundung Sari, Kecamatan Semin, Rabu (9/5/2018). - Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Program revitalisasi seni tradisional di DIY terus digencarkan. Yang menjadi sasaran adalah kesenian yang terancam hilang dan tenggelam oleh kemajuan zaman.

Salah satu seni tradisional yang kini jarang ditemui dan dimainkan oleh generasi muda adalah Gerit-Gerit Lancung dan Goco. Atas hal itu, Unit Pelaksana Teknis Taman Budaya Yogyakarta (UPT TBY) Dinas Kebudayaan DIY bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Gunungkidul beserta pegiat seni melakukan revitalisasi permainan tradisional tersebut dengan melibatkan komunitas kesenian setempat yakni Sekar Cempaka Mulya, Dusun Sedono, Desa Pundung Sari, Kecamatan Semin, Rabu (9/5/2018) lalu.

Advertisement

Kegiatan bertajuk Revitalisasi Dolanan Tradisional Gerit-gerit Lancung dan Goco ini dikemas dalam bentuk seni pertunjukan Ketoprak Lesung. Dibuat begitu agar mudah dipahami oleh masyarakat. Para pemain dalam pertunjukan ini merupakan warga masyarakat Padukuhan Sedono yang secara keseharian adalah para petani.

Koordinator Sekar Cempaka Mulya, Suroto mengungkapkan dirinya bangga bisa memainkan seni khas Desanya tersebut. Sebab dia beserta kelompok seninya tersebut bisa menjaga dan ikut serta dalam merawat seni permainan tradisional Gerit-Gerit Lancung dan Goco. "Ini bentuk kepedulian kami dalam dunia kesenian tradisional," ujarnya.

Suroto menjelaskan asal mula Gerit-Gerit Lancung adalah bentuk sindirian seorang istri yang ditinggal bermain suaminya hingga lupa waktu dan menguras harta benda. Sedangkan Goco merupakan dolanan yang dimainkan sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena telah sembuh dari suatu penyakit.

Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Eny Lestari Rahayu, mengungkapkan pelestarian pengembangan dan pemanfaatan seni tradisi di DIY merupakan tugas pihaknya. Atas hal itu adanya revitalisasi seni ini merupakan bentuk nyata dari tugasnya. "Kegiatan [revitalisasi seni] ini adalah upaya kami agar seni tradisi tidak punah. Ini sebagian dari tugas pokok TBY," ujarnya.

Sekarang lanjut Eny banyak kesenian tradisonal yang tidak dikenal generasi muda. Selain itu kesenian khas Indonesia justru lebih dihargai di negara lain. "Bahkan sampai ada yang mengaku jika itu milik mereka. Ya atas hal itu program revitalisasi ini perlu untuk sekaligus mematenkan kesenian tradisional seperti Gerit-Gerit Lancung ini," katanya.

Eny menambahkan setelah program revitalisasi seni ini dilakukan, selanjutnya TBY akan menyerahkan data dari revitalisasi tersebut ke kementrian kebudayaan untuk dilakukan paten.

"Nanti setelah kami revitalisasi akan kami ajukan ke kementrian kebudayaan," ujarnya.

Sementara itu Pengamat Seni dan Narasumber dalam program revitalisasi tersebut Supadma mengatakan kesenian tradisional baiknya dikelola dan dihadapi oleh masyarakat sendiri. Hal itu guna kelestariannya bisa terus menjadi tanggungjawab bersama.

"Jadi seni itu berkembang di masyarakat dan dijaga masyarakat, intinya masyarakat seperti di Sedono, Pundung Sari ini bisa menjadi contoh," jelasnya.

Supadma berharap meski kini seni tradisional kalah bersaing dengan produk kebudayaan luar, tapi dengan masih adanya kepedulian masyarakat maka seni tersebut akan terus hidup.

"Semangat masyarakat untuk menghidupkan kembali [seni tradisional] akan sangat baik. Selain itu jika tiap generasi mau belajar, tidak hanya sebagai penonton itu jauh lebih baik," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement