Advertisement

FEATURE: Buruh Gendong Beringharjo Mencari Berkah Ramadan

Abdul Hamied Razak
Sabtu, 19 Mei 2018 - 09:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Buruh Gendong Beringharjo Mencari Berkah Ramadan Buruh gendong di Pasar Beringharjo belajar membaca Alquran. - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Perempuan-perempuan yang menjadi buruh gendong di Pasar Beringharjo, Kota Jogja, mengisi Ramadan dengan belajar membaca Alquran. Banyak yang sudah lancar, tetapi tak sedikit yang masih terbata-bata.

Umurnya memang sudah kepala empat. Hari-harinya penuh dengan usaha mengumpulkan sedikit uang sebagai buruh gendong di Pasar Beringharjo, Jogja. Namun, Isah, 44, masih bersemangat belajar mengaji.

Advertisement

Huruf demi huruf bertuliskan Arab diejanya satu per satu. Jari telunjuk kanannya mengikuti baris tempat huruf Arab itu ditulis. “Ka-Ta-Ba. Ja-La-Sa,” begitu kata warga Sentolo, Kulonprogo, ini.

Sudah hampir setahun dia belajar membaca Iqro’. Dulu, waktu kecil sebenarnya huruf-huruf Arab itu sudah dipelajari. Namun, Isah belum fasih dan lancar untuk membaca Alquran. 40 tahun berlalu, hati Isah tergerak untuk belajar lagi.

“Saya ingin bisa mengaji,” kata dia.

Isah tidak sendiri. Puluhan ibu-ibu yang menjadi buruh gendong di Pasar Beringharjo juga punya niat yang sama. Sebagian sudah lancar melafalkan Alquran, tapi kurang petah. Keinginan mereka dipenuhi oleh BMT Beringharjo.

Saban Jumat, mereka duduk bersimpuh di tikar yang digelar. Mereka yang masih dalam tahap belajar membaca Iqra, sedangkan yang sudah lancar membaca Alquran.

Yanuar Eko Purnomo, guru mengaji mereka, dengan sabar membimbing mereka untuk pelan-pelan melafalkan kalimat Alquran dengan baik. Menurut karyawan BMT Beringharjo ini, cukup mudah membimbing para buruh gendong untuk mengaji.

“Sebab mereka sudah punya dasar.”

Meski begitu, tidak sedikit dari mereka yang belajar dari awal sehingga butuh bimbingan khusus.

“Yang baru mulai belajar mengaji ya lucu-lucu gampang,” ucap dia.

Juminem, 56, juga warga Sentolo, senang dengan program tersebut. Dia jarang belajar mengaji karena harus menjadi buruh gendong demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sejak 1986, Juminem menjadi buruh gendong. Ia baru merasa hatinya ayem saat mengaji Alquran di pasar.

“Dulu waktu kecil tidak sempat [ngaji]. Untung saja ada program ini, sekarang sehari bisa beberapa lembar [membaca Alquran],” kata dia.

Suyatmi, 43, Ketua Paguyuban Buruh Gendong Sayur Rukun bercerita awalnya ia menumpahkan kegelisahan anggotanya yang ingin belajar mengaji kepada BMT Beringharjo. Gayung bersambut. Lembaga simpan pinjam ini pun ingin membantu membimbing dan mengajari para buruh gendong agar bisa membaca Alquran. “Kemudian kami sepakat belajar mengaji bakda Salat Jumat. Itung-itung mencari berkah Ramadan,” ucap dia.

Pada awal Ramadan ini, permintaan terhadap jasa mereka sedang sepi, padahal tuntutan hidup harus terus dipenuhi. Sejak pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB, para buruh gendong ini mulai menawarkan jasa menggendong barang.

“Sehari dapat Rp20.000 itu sudah untung. Dari penghasilan itu Rp14.000 untuk bayar ongkos bus pulang pergi ke rumah,” kata Suyatmi.

Rencananya, buruh gendong yang khatam mengaji sesuai tingkatan akan diwisuda. Mereka yang belajar Iqro’harus selesai pada jilid keenam. Sementara yang lancar mengaji, harus khatam 30 juz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Yusril Serahkan Berkas Putusan Asli MK ke Prabowo Subianto

News
| Selasa, 23 April 2024, 21:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement