Advertisement

Haedar Nasir: Penceramah yang Menuding Pemerintah Kafir Tidak Usah Diundang

Abdul Hamied Razak
Selasa, 22 Mei 2018 - 06:17 WIB
Nina Atmasari
Haedar Nasir: Penceramah yang Menuding Pemerintah Kafir Tidak Usah Diundang Masjid UGM. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir meminta agar seluruh takmir masjid selektif mendatangkan atau menentukan penceramah. Hal itu dilakukan agar masjid tidak dijadikan lahan politik.

Menurut Haedar, penceramah yang selama ini biasa berseberangan dengan NKRI, menyebut kelompok lain kafir atau masuk neraka lebih baik dihindari oleh para takmir. Menurutnya, takmir menyeleksi pencaramah adalah hal yang wajar. Hanya saja, seleksi yang dilakukan itu bukan berarti hanya memilih kelompoknya saja.

Advertisement

Haedar meminta agar trackrecord masing-masing khatib juga ditelusiri sebelum dipilih sebagai penceramah. Seperti bidang keilmuan dan lainnya. "Penceramah yang anti NKRI atau biasa menuding pemerintah thawut, kafir semua itu tidak usah diundang," katanya menjawab pertanyaan Harianjogja.com beberapa waktu lalu di Kantor PP Muhammadiyah Jogja.

Haedar menjelaskan masjid juga tidak boleh digunakan untuk sarana berpolitik praktis. Misalnya untuk mengajak memilih si A dan melarang memilih si B. Karena praktek tersebut akan menyebabkan jamaah terpecah belah.

"Kalau ceramahnya berisi politik dalam arti nilai-nilai keagamaan, seperti keadilan, amanah, kejujuran, persamaan boleh dibawa kemana saja. Karena agama mempunyai nilai-nilai itu semua," katanya.

Meski begitu, dia berharap terkait pemilihan penceramah di masing-masing masjid posisi pemerintah harus netral. Pemerintah hanya boleh menentukan aturan dan nilai-nilai tapi tidak boleh melakukan intervensi ke masjid. "Posisi pemerintah harus netral," pintanya.

Bidang Ketakmiran Masjid Syuhada Jogja Usman Syaputra mengatakan sejak dulu Masjid Syuhada menghindari untuk memilih khotib atau penceramah yang kontroversial. "Termasuk kami tidak pernah mendatangkan khatib dari HTI," katanya.

Karena bersifat independen, kata Usman, takmir juga tidak ingin terlibat dalam politik praktis. Agar penceramah yang dihadirkan tidak menimbulkan persoalan, takmir sudah memiliki kriteria tersendiri. Semisal trackrecord bidang keilmuan penceramah dan lainnya.

"Sebab dulu kami pernah punya pengalaman dinilai tidak independen oleh Bawaslu saat Pemilu. Sejak itulah, kami berkomitmen untuk selektif mendatangkan khatib," katanya.

Khatib yang diundang berasal dari berbagai golongan. Mulai NU, Muhammadiyah, Cendekiawan dan lainnya. Dia menyontohkan beberapa khatib yang diundang untuk berceramah seperti Amin Rais, Yunahar Ilyas (MUI), Jamaludin Ancok (UGM), dan Hasto Wardoyo (Bupati Kulonprogo). Tema ceramah diserahkan kepada masing-masing penceramah. "Kami memilih sesuai bidang keilmuannya juga. Mereka sudah memahami kalau isi ceramah itu menyejukkan dan bersifat tarbiyah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement