Advertisement

2019, Karya Ilmiah Dosen Indonesia Harus Jadi Jawara Se-ASEAN

Sunartono
Rabu, 23 Mei 2018 - 17:10 WIB
Laila Rochmatin
2019, Karya Ilmiah Dosen Indonesia Harus Jadi Jawara Se-ASEAN Ilustrasi mahasiswa - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Kemenristekdikti menargetkan publikasi internasional para akademisi Indonesia bisa berada di peringkat pertama ASEAN pada 2019 mendatang. Pemerintah terus berupaya menerbitkan kebijakan yang memberikan kemudahan dan dorongan bagi akademisi untuk menghasilkan karya tulis.

Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Profesor Ali Ghufron Mukti menjelaskan pada awalnya belum banyak perguruan tinggi yang publikasinya menarik atau sesuai ketentuan. Profesor misalnya, selama ini tidak ada yang mengevaluasi. Berdasarkan evaluasi, penyebabnya banyak profesor yang enggan dievaluasi, sebaliknya tidak ada yang berani mengevaluasi profesor.

Akhirnya, Menristekdikti Muhamad Nasir mengeluarkan Permenristekdikti No.20/2017 tentang pPmberian tunjangan profesi bagi dosen dan tunjangan kehormatan profesor, yang mewajibkan menghasilkan publikasi.

"Karena yang dievaluasi juga enggan apalagi yang dievaluasi, sampai akhirnya dikeluarkan Permenristekdikti tersebut. Ada yang protes juga ketika itu," ucanya saat di UNY, Selasa (22/5/2018).

Mantan Wakil Menteri Kesehatan ini menyatakan meski banyak profesor yang protes terhadap peraturan tersebut tetapi perintah meminta menulis tetap diwajibkan. Aturan itu membuat dampak positif.

Sebelumnya jumlah karya tulis hanya 5.499 yang terpublikasikan secara internasional. Malaysia sudah mencapai 25.000 disusul Singapura 17.000. Hingga pada akhir 2017, Indonesia sudah lebih dari 10.000 karya tulis berada di atas Thailand. Kemudian pada 2018, data April menunjukkan sudah ada 5.000 lebih dosen Indonesia yang menghasilkan publikasi internasional berada di atas Singapura. Kemenristekdikti menarget dua tahun ke depan publikasi internasional Indonesia berada di peringkat pertama ASEAN.

"Posisi Indonesia sudah nomor dua ASEAN, dan Pak Menteri [Menristekdikti] optimistis 2019 atau 2020 menjadi nomor satu untuk publikasi internaisonal," ucapnya.

Ia mengatakan berbagai kebijakan kemudahan untuk publikasi dan penelitian banyak dikeluarkan untuk menghasilkan banyak publikasi internasional. Antara lain penelitian dengan berbasis output serta cara akreditasi jurnal tidak berbelit-belit. Jika sebelumnya ada di Lembaga Penelitian dan Ilmu Pengetahuan (LIPI), saat ini sudah menyatu di Kemenristekdikti.

Selain itu, untuk pengurusan paten jika sebelumnya harus mengeluarkan duit, saat ini gratis lima tahun pertama terutama untuk perguruan tinggi. Dana penelitian juga ditingkatkan, proses pembelajaran diubah agar bisa cepat, tepat dan cocok dengan kebutuhan pengguna lapangan.

"Proses pengurusan profesor juga saat ini dimudahkan, dulu mengurus profesor dua sampai enam tahun, saat ini cukup dua bulan, sudah jelas diterima atau ditolak, kalau ditolak apa alasannya semua dijelaskan di Internet," kata dia.

Ali Ghufron menegaskan skema beasiswa dikuatkan tidak hanya bidikmisi dari keluarga tidak mampu yang jumlah ratusan ribu penerima, tetapi juga beasiswa bagi calon dosen. Beasiswa calon dosen itu dikeluarkan karena mencari dosen dinilai tidak mudah, terutama yang mumpuni dan berkomitmen.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik Dugaan Penggelembungan Harga APD Covid-19

News
| Sabtu, 20 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement