Advertisement

Selain Letusan Freatik, Gunung Merapi Juga Mengalami Gempa Vulkanotektonik Hari Ini

Salsabila Annisa Azmi
Rabu, 23 Mei 2018 - 22:37 WIB
Nina Atmasari
Selain Letusan Freatik, Gunung Merapi Juga Mengalami Gempa Vulkanotektonik Hari Ini Visual Gunung Merapi saat letusan terjadi Rabu (23/5/2018) pukul 13.49 WIB. - Istimewa/ twitter BPPTKG

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Balai Penelitian Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyimpulkan aktivitas Gunung Merapi saat ini masih tinggi, namun belum ada peningkatan status. Saat ini status Gunung Merapi masih waspada.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan terpantau dari rekaman seismik hari ini sejak pukul 00.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB, telah terjadi dua kali letusan freatik.

Advertisement

"Pertama pada 03.31 WIB dengan durasi 4 menit, amplitudo maksimal 55 milimeter dan tinggi kolom 2000 meter mengarah ke Barat Daya. Kedua, pada pukul 13.49 WIB dengan durasi 2 menit, amplitudo maksimal 70 milimeter, menimbulkan suara gemuruh terdengar dari pos pengamatan babadan tapi kolom tidak terlihat karena cuaca berkabut," kata Agus saat Jumpa Pers di kantor BPPTKG Yogyakarta, Rabu (23/5/2018) malam.

Agus mengatakan dampak dari letusan freatik pertama berupa hujan abu di wilayah Magelang Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan KRB III dengan jangkauan abu 25 kilometer. Sementara letusan freatik kedua berdampak hujan abu tipis yang terjadi pada pukul 14.45 WIB dari pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Magelang.

Agus menjelaskan aktivitas gempa di dalam Gunung Merapi pada pukul 00.00 WIB sampai 18.00 WIB terekam terjadi gempa vulkanotektonik sekali, gempa tektonik dua kali dan gempa tipis tiga kali, dan gempa MP terjadi setelah letusan kedua.

Gempa MP menunjukkan bahwa masih ada tekanan yang cukup tinggi dari dalam Gunung Merapi. Dengan seluruh pengamatan itu, BPPTKG menyimpulkan aktivitas merapi masih tinggi namun status merapi masih waspada.

Agus membenarkan memang ditemukan gempa vulkanotektonik dangkal. Agus mengatakan gempa vulkanotektonik dangkal dapat terjadi karena tekanan magma dan bisa juga terjadi karena tekanan gas. "Jadi dengan adanya gempa vulkanik dangkal bukan berarti magma sudah sampai di permukaan," kata Agus.

Agus mengatakan berdasar parameter gejala di tahun 2006 atau 2010 saja belum cukup untuk menyimpulkan pergerakan magma. Agus mengatakan, sulit untuk memastikan pergerakan magma saat ini. Namun Agus menekankan kecil kemungkinan magma sudah sampai di permukaan.

Pergerakan magma, dilihat dari letusan freatik saat ini, masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dua tahun tersebut. "Pada 2010 terjadi gempa vulkanotektonik puluhan kali per hari saat status Gunung Merapi masih waspada. Waktu itu saja interpretasi kita magma belum sampai kantong dalam," ujar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement