Advertisement
Libur Lebaran & Tahun Ajaran Baru Berdekatan, Omzet Penjualan Buku Turun
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Sejak dua tahun terakhir, omzet penjualan buku pengetahuan umum menurun. Menurut pedagang, libur Lebaran yang berdekatan dengan tahun ajaran baru menjadi salah satu penyebab. Para orang tua harus membagi bujet antara membeli keperluan sekolah dan kebutuhan menyambut hari raya.
Ketua Koperasi Pedagang Buku Shoping Taman Pintar Muhammad Ashar mengatakan meskipun tunjangan hari raya (THR) dicairkan, masyarakat lebih memilih kebutuhan Lebaran terlebih dahulu.
"THR mereka dibelanjakan buat yang lain saat libur Lebaran. Akibatnya, penjualan buku umum saat Lebaran tahun ini tidak sebesar dua tahun lalu. Kalau buku pelajaran sekolah, tidak turun penjualannya, tapi stabil," kata Ashar, Selasa (19/6/2018).
Selain terpecahnya alokasi dana masyarakat, pergeseran pola konsumsi juga berpengaruh terhadap penurunan omzet penjualan buku tahun ini. Ashar memaparkan saat ini semakin banyak objek wisata di DIY yang berkembang pesat, infrastruktur jalan saat mudik lebih canggih dan kemacetan berkurang. Menurut dia, hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih mengalokasikan dana untuk jalan-jalan daripada membeli buku.
Ashar mengatakan di lapak, dia menjual buku pengetahuan umum seperti buku sejarah Islam, sejarah kerajaan, dan dongeng rakyat. Sejak dua tahun lalu, omzet penjualan bukunya menurun. Terhitung sejak H+1 Lebaran hingga kini, omzet rata-rata per hari hanya di bawah Rp500.000. Tahun lalu omzet Ashar saat libur Lebaran tak jauh berbeda.
Ashar memaparkan keadaan penjualan buku pelajaran seperti buku paket Matematika, IPS, dan IPA dari beberapa penerbit jauh lebih stabil. Biasanya saat mendekati tahun ajaran baru penjualan akan meningkat 10%-20% dibandingkan hari biasa. Menurut dia, peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Namun saat ini penjualan buku pelajaran belum terlihat secara signifikan karena panjangnya masa liburan.
Ashar menuturkan tujuh tahun lalu saat libur Lebaran, omzet penjualan buku bisa mencapai Rp7 Juta per hari. Omzet tersebut merupakan gabungan penjualan buku umum dan buku pelajaran. Sedangkan lima tahun yang lalu, omzet penjualan agak turun menjadi Rp3 juta per hari.
"Dulu buku masih jadi tren hiburan. Sekarang orang lebih suka jalan-jalan, pola konsumsi geser. Paling terasa penurunannya dua tahun belakangan," jelas Ashar.
Pedagang buku di Shoping, Sayid Bilal, mengatakan penjualan buku pelajaran belum membuahkan hasil. Kondisi tersebut berbeda dibanding tahun lalu atau tiga tahun sebelumnya saat Lebaran tidak berdekatan dengan tahun ajaran baru. Bilal mengatakan tiga tahun lalu biasanya banyak masyarakat mempersiapkan dan membeli buku pelajaran lebih awal.
"Sekarang yang laku malah buku berbau sejarah, rata-rata 30 buku per hari. Di lapak saya rata-rata harga Rp25.000 sampai Rp100.000," kata Bilal.
Kondisi serupa juga dialami pedagang buku di Shoping, Nurjannah. Nur mengatakan penjualan buku pelajaran di masa libur Lebaran tahun ini sangat sepi. Terhitung sebelum Lebaran sampai saat ini, per hari dia hanya menjual satu hingga dua buku pelajaran. "Kalau libur Lebaran yang laku buku novel, per hari bisa jual 10 buah. Harga dari Rp50.000 hingga Rp100.000," kata Bilal.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
- PENINGKATAN KAPASITAS SDM WISATA: Dispar DIY Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Event
Advertisement
Advertisement