Advertisement
USD Dorong Mahasiswa Baru Gali Potensi Unik
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN - Universitas Sanata Dharma (USD) kembali menggelar Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) 2018 gelombang kedua bagi mahasiswa baru (maba), Selasa (7/8/2018). Kali ini maba tersebut disuguhi pemateri aktivis lingkungan dan literasi dengan harapan dapat menggali potensi unik mereka.
Adapun pemateri yang dihadirkan adalah, aktivis lingkungan Saur Marlina Manurung atau sering disapa Butet Manurung dan aktivis literasi Niniek Febriany.
Advertisement
Penanggungjawab Kegiatan Insadha 2018 USD Stefanus Sofyan Arisaputra menjelaskan, Insadha gelombang kedua ini diikuti sekitar 900 mahasiswa, menghadirkan pemateri yang berbeda dengan saat pelaksanaan di gelombang pertama.
Selain memperkenalkan Sanata Dharma, pihaknya ingin menggugah semangat mahasiswa baru dengan menghadirkan aktivis yang memiliki potensi unik dan berani.
"Kami ingin menggali potensi unik itu di kalangan mahasiswa, menggugah semangat mereka dengan dihadirkan kedua pembicara," ungkapnya, Selasa (7/8/2018).
Niniek Febriany yang juga aktivis komunitas Books for Mountain mengatakan, berawal dari kegiatan KKN pada salah satu desa di Gunung Rinjani, Lombok ia memiliki program pendidikan di daerah pelosok.
Saat itu ia melihat besarnya keinginan anak-anak desa akan pengetahuan namun sangat minim referensi karena tidak ada yang memberikan suplai informasi dalam hal ini buku.
"Kami dengan teman KKN waktu itu mulai mengumpulkan buku untuk membuat perpustakaan desa. Itu mendapat respon luar biasa dari berbagai kalangan baik bersifat pribadi maupun kelompok," ungkapnya.
Niniek berusaha menggugah siapa yang memiliki banyak buku namun terkunci rapat di dalam almari untuk disumbangkan kepada anak desa yang haus pengetahuan. Aktivitasnya lalu berkembang tidak hanya di Rinjani namun juga di tempat lain.
Butet mengaku termotivasi terjun ke hutan belantara berawal menonton film Indiana Jones. Ia sempat menyampaikan kepada ayahnya bahwa suatu saat akan masuk ke hutan untuk mencari pengalaman. "Tetapi waktu itu orang tua menyampaikan bahwa kehidupan di hutan tidak seindah di film," ujarnya.
Tetapi mimpi masuk hutan pun kesampaian ketika dirinya bekerja di salah satu LSM lingkungan. Sehingga mengetahui kehidupan masyarakat rimba seperti flora dan fauna yang kian memprihatinkan.
Hingga ia bertekad mendidik warga pelosok untuk membuka cakrawala mereka, sampai terbentuklah Sekolah Rimba. "Kami sepakat bahwa pendidikan harus masuk dulu sebelum pembangunan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement