Advertisement

Perguruan Tinggi Didorong Buka Prodi Bahasa Daerah

Sunartono
Jum'at, 10 Agustus 2018 - 09:10 WIB
Laila Rochmatin
Perguruan Tinggi Didorong Buka Prodi Bahasa Daerah Ilustrasi mahasiswa. (Reuters - Fabian Bimmer)

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Sejumlah pakar menilai penurunan pemahaman kearifan lokal seperti bahasa daerah hampir terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pembuat kebijakan harus mendorong perlindungan kearifan lokal melalui proses pendidikan, salah satunya dengan membuka prodi bahasa daerah di setiap perguruan tinggi (PT).

Isu ini dibahas dalam International Conference on Local Wisdom (ICOLWIS) 2018 di Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (9/8/2018).

Advertisement

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Profesor Dadang Sunendar menilai perlindungan terhadap kearifan lokal seperti bahasa sudah diatur dalam UUD 1945, sehingga jangan sampai bahasa dan sastra daerah punah.

Di level pemerintah daerah, perlindungan terhadap bahasa daerah tertuang dalam UU No.24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, intinya kewajiban pemda harus melestarikan dan berkoordinasi dengan lembaga kebahasaan.

"Caranya memelihara seperti penerbitan kamus pelatihan untuk anak muda. Saya sudah usulkan di renstra harus ada perlindungan terhadap bahasa daerah, sehingga banyak penutur bahasa daerah di kalangan anak muda," katanya, Kamis (9/8/2018).

Pihaknya telah mendatangi wilayah Indonesia bagian timur untuk identifikasi bahasa. Di Papua misalnya telah mengidentifikasi sekitar 400 bahasa daerah, di Maluku dan NTT ada 34 bahasa. Namun ia menyayangkan, meski banyak bahasa daerah, tidak ada satupun perguruan tinggi lokal yang memiliki prodi bahasa daerah.

Ia berharap melalui konferensi tersebut, ada rekomendasi untuk Kemenristekdikti atau Pemda di setiap daerah di Indonesia untuk mengusulkan pembukaan prodi bahasa daerah di setiap perguruan tinggi.

"Saya sudah menyurati Kemenristekdikti tentang ini, tetapi kuncinya bukan di Kemenristekdikti, tetapi dari rektor dekan," ucapnya.

Pengajar Bahasa Indonesia di Monash University Yacinta Kurniasih mengatakan jika ingin menjadi pendidik bahasa lokal seperti Bahasa Jawa artinya harus menjadi pembelajar bahasa yang memahami secara detail tentang Jawa dan kearifan lokalnya yang sangat beragam.

Selama mengajar bahasa Indonesia di Monash University, ia juga mempelajari banyak referensi kearifan lokal yang ada di Indonesia untuk diberikan kepada mahasiswa. Ia berpendapat perguruan tinggi menjadi salah satu yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan muatan lokal.

Pada era 1994-an banyak yang pesimistis Jurusan Bahasa Jawa tidak populer, alasannya karena banyak generasi muda yang tak menguasainya. "Tetapi dalam prosesnya, jurusan ini banyak populer, potensi Bahasa Jawa di sekolah akan lebih baik karena kebijakan pemimpin juga," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement