Advertisement
Perguruan Tinggi Didorong Buka Prodi Bahasa Daerah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Sejumlah pakar menilai penurunan pemahaman kearifan lokal seperti bahasa daerah hampir terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pembuat kebijakan harus mendorong perlindungan kearifan lokal melalui proses pendidikan, salah satunya dengan membuka prodi bahasa daerah di setiap perguruan tinggi (PT).
Isu ini dibahas dalam International Conference on Local Wisdom (ICOLWIS) 2018 di Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (9/8/2018).
Advertisement
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Profesor Dadang Sunendar menilai perlindungan terhadap kearifan lokal seperti bahasa sudah diatur dalam UUD 1945, sehingga jangan sampai bahasa dan sastra daerah punah.
Di level pemerintah daerah, perlindungan terhadap bahasa daerah tertuang dalam UU No.24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, intinya kewajiban pemda harus melestarikan dan berkoordinasi dengan lembaga kebahasaan.
"Caranya memelihara seperti penerbitan kamus pelatihan untuk anak muda. Saya sudah usulkan di renstra harus ada perlindungan terhadap bahasa daerah, sehingga banyak penutur bahasa daerah di kalangan anak muda," katanya, Kamis (9/8/2018).
Pihaknya telah mendatangi wilayah Indonesia bagian timur untuk identifikasi bahasa. Di Papua misalnya telah mengidentifikasi sekitar 400 bahasa daerah, di Maluku dan NTT ada 34 bahasa. Namun ia menyayangkan, meski banyak bahasa daerah, tidak ada satupun perguruan tinggi lokal yang memiliki prodi bahasa daerah.
Ia berharap melalui konferensi tersebut, ada rekomendasi untuk Kemenristekdikti atau Pemda di setiap daerah di Indonesia untuk mengusulkan pembukaan prodi bahasa daerah di setiap perguruan tinggi.
"Saya sudah menyurati Kemenristekdikti tentang ini, tetapi kuncinya bukan di Kemenristekdikti, tetapi dari rektor dekan," ucapnya.
Pengajar Bahasa Indonesia di Monash University Yacinta Kurniasih mengatakan jika ingin menjadi pendidik bahasa lokal seperti Bahasa Jawa artinya harus menjadi pembelajar bahasa yang memahami secara detail tentang Jawa dan kearifan lokalnya yang sangat beragam.
Selama mengajar bahasa Indonesia di Monash University, ia juga mempelajari banyak referensi kearifan lokal yang ada di Indonesia untuk diberikan kepada mahasiswa. Ia berpendapat perguruan tinggi menjadi salah satu yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan muatan lokal.
Pada era 1994-an banyak yang pesimistis Jurusan Bahasa Jawa tidak populer, alasannya karena banyak generasi muda yang tak menguasainya. "Tetapi dalam prosesnya, jurusan ini banyak populer, potensi Bahasa Jawa di sekolah akan lebih baik karena kebijakan pemimpin juga," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Baru KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur, Jumat 19 April 2024
- Libur Lebaran Usai, Berikut Jadwal dan Tarif Terbaru Bus Damri dari Jogja ke Bandara YIA
- Top 7 News Harianjogja.com Jumat 19 April 2024, Timnas Indonesia Kalahkan Australia, Bus Terbakar di Gamping
- Cuaca DIY Hari Ini Jumat 19 April 2024: Jogja, Sleman dan Gunungkidul Hujan Lebat Disertai Petir
- Kapolresta Jogja Klaim Angka Kejahatan Jalanan Dapat Ditekan Selama Libur Lebaran 2024
Advertisement
Advertisement