Advertisement
Luasan Puso di Gunungkidul Akibat Kemarau Diklaim Kecil
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Musim kemarau diklaim Dinas Pertanian dan PanganGunungkidul tidak begitu berpengaruh terhadap pertanian. Puso akibat kekeringan terjadi saat awal musim kemarau pada Mei dan Juni.
Adapun luasan lahan yang mengalami puso total ada 32 Hektare, yang tersebar di Kecamatan Wonosari 16 hektare, Playen dua hektare, Girisubo sembilan hektare dan Paliyan lima hektare.
Advertisement
“Puso hanya terjadi saat awal kemarau lantaran ada yang telat menanam. Puso 32 hektare padi di Mei dan Juni tidak pengaruh terhadap angka ramalan produksi padi Kabupaten Gunungkidul karena relative kecil dibanding luas panen yang ada [59.000 hektare],” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, Minggu (19/8/2018).
Raharjo mengatakan, saat ini tanaman yang masih ada rata-rata hanya yang terdapat sumber air cukup untuk pertanaman, salah satunya di daerah sepanjang Sungai Oyo.
Ia mengatakan diperkiraan Oktober masuk musim hujan, pihaknya mengaku sudah menyiapkan beberapa hal untuk masuk musim tanam lagi saat hujan datang.
“Kami sekarang bergerak persiapan tanam pada musim penghujan. Kami cek kesiapan pupuk diprodusen dan distributor serta pengecer dan kelompok tani. Pada Kamis (16/8) pihak Polres Gunungkidul juga ikut mengawasi dan mengecek,” ujarnya.
Selain mengecek kesiapan pupuk, Raharjo juga mengatakan ada bantuan benih bantuan pusat melalui Dinas Pertanian DIY. Untuk persiapan musim hujan bantuan benih pado seluas 4.000 Hektare atau 100 ton sudah diterima sejumlah petani.
“Sedangkan yang benih padi hibrida 2.250 hektare akan didistribusikan awal September langsung dari pusat. Benih jagung hibrida seluas 7.500 Hektare atau 112,5 ton juga akan didistribusikan awal September,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Kelompok Tani Ngulir Budi, Desa Karangtengah, Wonosari, Maryo mengatakan musim kemarau tidak begitu berpengaruh terhadap pertanian di Desanya, lantaran air yang digunakan untuk pengairan masih ada meski diakuinya debit air berkurang.
Ia mengatakan saat musim kemarau biasanya lahan milik warga ditanami holtikultura. “Biasanya ditanami tanaman holtikultura, seperti Lombok, kecipir, kacang panjang dan lainnya,” kata Maryo.
Maryo mengatakan untuk hasil pertanian di tempatnya masih dijual di wilayah Gunungkidul. Lantaran untuk mencukupi kebutuhan di Gunungkidul saja masih kurang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Naik 10%, Volume Kendaraan Diprediksi sampai 9 Juta di Solo saat Lebaran 2024
- Berbagi Kebahagiaan, Tuntas Subagyo Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Sukoharjo
- Kabar Gembira Persis Solo, Irfan Jauhari Merumput Lagi setelah Absen Semusim
- Menang Pilpres, 9 Parpol Koalisi Indonesia Maju di Klaten Bertemu Bahas Pilkada
Berita Pilihan
Advertisement
Anggaran Pupuk Bersubsidi Sentuh Rp54 Triliun, Mentan: Awasi Distribusinya
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement