Advertisement

Wow, Bantul Surplus Padi 55.000 Ton

David Kurniawan
Sabtu, 01 September 2018 - 11:10 WIB
Laila Rochmatin
Wow, Bantul Surplus Padi 55.000 Ton Salah satu jenis alat mesin pertanian (alsintan) - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL--Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Bantul memprediksi di tahun ini panen padi surplus hingga 55.000 ton gabah kering giling. Capaian ini tidak lepas dari program pertanian yang digalakkan pemerintah dan faktor cuaca sangat mendukung.

Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran, DP2KP Bantul Ari Bowo mengatakan berdasarkan penghitungan di akhir panen masa tanam kedua di Juli lalu, jumlah panen di Bantul diprediksi mencapai 191.377 ton gabah kering giling. Jika capaian itu dapat terpenuhi, maka melebihi target panen yang dicanangkan di awal tahun sebanyak 183.708 ton gabah kering giling.

Advertisement

Tak hanya itu, sambung Ari, hasil panen akan mengalami surplus mencapai lebih dari 55.000 ton. Hal ini terjadi karena kebutuhan pangan di Bantul hanya 135.593 ton gabah kering giling.

“Surplus panen padi ini mengembirakan karena Bantul menjadi salah satu lumbung pangan di DIY,” kata Ari kepada Harian Jogja, Jumat (31/8/2018).

Menurut dia, surplus padi yang dihasilkan disebabkan beberapa faktor. Selain cuaca dan pasokan air di sepanjang tahun yang mencukupi, hasil panen juga tidak lepas dari kestabilan luas panen, program percepatan perluasan tambah tanam penanaman hingga sinergitar antara petani, pemkab dan TNI dalam upaya mewujudkan program swasembada pangan. “Hasilnya bisa dilihat dengan panen yang memuaskan,” katanya.

Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Kepala DP2KP Bantul Pulung Haryadi. Menurut dia, panen yang maksimal juga tidak lepas dari minimnya serangan hama. Selain itu, ketersediaan air juga berpengaruh karena petani setiap tahun bisa panen tiga kali.

“Untuk saat ini total yang terkumpul sudah mencapai 158.032 ton gabah kering giling. Hingga akhir tahun nanti, masih akan bertambah karena belum memasuki masa panen ketiga,” katanya.

Dijelaskan Pulung, dari ketiga masa tanam, masa tanam pertama dan kedua merupakan masa puncak produksi. Sedang untuk masa tanam ketiga ada penurunan luas lahan yang disebabkan karena ketersediaan air untuk pemeliharaan.

“Ini bukan masalah karena target panen tetap terpenuhi dan yang terpenting setiap tahun terus surplus beras,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement