Advertisement
Murah dan Tidak Laku, Cabai Dibuang di Kebun
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Harga komoditas cabai rawit mengalami penurunan yang signifikan. Pedagang tidak berani membeli dari pengepul dalam jumlah banyak karena takut rugi. Bahkan karena harganya murah, komoditas ini harus dibuang karena tidak terjual semua.
Sulami, 50, pedagang sayuran di Pasar Sleman mengungkapkan harga cabai rawit mulai murah sejak dua pekan lalu. Harga rawit merah saat ini hanya dijual Rp12.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp20.000. Sementara cabai keriting merah saat ini dijual Rp14.000 per kg. Caba rawit memang termasuk komoditas yang mudah bergejolak karena beberapa waktu lalu harganya pernah menembus Rp100.000 per kg.
"Sekarang murah karena banyak barang. Harga dari pengepul sudah murah," katanya pada Harianjogja.com, Senin (3/9/2018).
Sulami mengatakan harga cabai rawit yang murah dikarenakan saat ini banyak petani yang panen sehingga komoditas ini mudah didapatkan. Lain halnya saat stok cabai rawit sedikit, harganya akan melambung tinggi. Biasanya kondisi ini terjadi saat musim hujan. Selain jumlah produksinya sedikit, hasil panenan tidak maksimal karena banyak cabai yang busuk terkena air hujan.
"Kalau lagi murah begini banyak yang nawari [cabai rawit]. Kalau dulu harus nyari-nyari," kata Sulami.
Ia mengatakan saat harga komoditas murah seperti sekarang, ia justru tidak bisa mengambil banyak keuntungan. Untuk satu kilogram cabai rawit, ia hanya bisa mengambil keuntungan Rp500-Rp3.000. Namun saat cabai mahal, ia berani mengambil keuntungan minimal Rp5.000 per kg.
Hal itu dikarenakan penjual cabai rawit di pasar tradisional cukup banyak sehingga jika Sulami mematok harga masih tinggi, ia justru akan ditinggalkan konsumen. "Makanya kalau murah gini saya enggak berani kulakan banyak-banyak. Yang penting buat pepak-pepak [lengkap]. Kalau mahal malah justru bisa kulakan banyak karena bisa jadi di pedagang lain tidak ada," katanya.
Selain melayani konsumen dari kalangan rumah tangga, ia juga melayani dari kalangan pedagang sayur keliling. Harga yang dibanderolnya pun tetap sama. Bedanya untuk pedagang sayur, cabai langsung dibungkus plastik dalam ukuran kecil-kecil agar bisa dijual Rp2.000 per bungkus. Biasanya 0,5 kg dibagi menjadi lima plastik.
Saat mahal, ia bisa mengambil keuntungan banyak saat konsumen membeli dalam satuan ons. Biasanya satu ons bisa dijual Rp1.500 [Rp15.000] sementara jika dalam satuan kg hanya dijual Rp12.000.
Karena mahal, Sulami tidak berhasil menjual lebih dari 5 kg cabai rawit. Akibatnya banyak cabai yang tidak laku dan membusuk. "Akhirnya cuma saya bawa pulang dan dibuang di kebun," tuturnya.
Selain cabai rawit, harga komoditas sayuran yang mulai turun drastis adalah mentimun. Setelah pekan lalu menembus Rp10.000, saat ini mentimun anjlok pada harga Rp3.500. "Cuma bentar dan turun lagi karena Iduladha," katanya.
Sementara salah satu petani cabai di Ngemplak, Heri, 60 mengaku saat ini harga cabai rawit memang anjlok. Namun mau tidak mau ia harus menjual hasil panennya ke pengepul agar balik modal.
"Sekarang untung sedikit banget. Yang penting modal balik biar bisa diputar untuk nanam lagi," katanya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Qatar Juara Grup A, Garuda Muda hanya Butuh Imbang untuk Lolos ke Fase Gugur
- Menang Setelah 43 Tahun, Ini Fakta Kemenangan Langka Indonesia atas Australia
- Timnas Indonesia Ukir Dua Memori Indah di Stadion Abdullah bin Khalifa Qatar
- Tampil Gemilang, Ernando Dianggap Kerasukan Kiper Real Madrid Andriy Lunin
Berita Pilihan
Advertisement
Cabuli Santri, Pengasuh Pesantren Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Solo Jogja dari Palur Kamis 18 April 2024, Paling Pagi Pukul 04.55 WIB
- Jadwal dan Rute Bus Damri dari Bandara YIA ke Klaten hingga Solo
- Peringatan BMKG, Waspada Hujan Lebat Disertai Petir di Wilayah DIY, Hari Ini Kamis 18 April 2024
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 18 Februari 2024, Buyern Vs Arsenal, Aduan THR, Volume Sampah Lebaran
- Pola Baru Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran 2024, Pusat Kuliner dan Oleh-oleh Ramai
Advertisement
Advertisement