Advertisement
Genjot Harga, Petani Bawang Merah Optimalkan Titik Kumpul
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Petani bawang merah akan mengoptimalkan peran titik kumpul bawang. Adanya titik kumpul ini diharapkan membuat harga bawang tidak lagi dipermainkan tengkulak.
Petani bawang merah di Dusun Karang Kalasan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Janurianto, mengatakan saat ini harga bawang merah anjlok karena produksi dan hasil panen sangat banyak. "Pada bulan ini [Oktober] banyak petani yang panen," ujar Janurianto saat ditemui Rabu (10/10/2018). Ia mulai menanam di sekitar Juli 2018.
Advertisement
Ia mengatakan saat ini harga bawang merah di tingkat petani sangat rendah yakni Rp5.000 per kilogram. "Karena produksi yang tinggi dan cuaca sangat mendukung membuat harga turun," kata Janurianto.
Janu menjelaskan tahun ini lahan yang ia tanami mencapai dua hektare dengan hasil produksi mencapai 16 ton per hektare. Menurutnya di Sleman saat ini kecamatan yang paling banyak memiliki lahan bawang merah yaitu Kalasan. "Petani binaan menggarap sekitar 16 hektare lahan di Kalasan. Untuk seluruh Sleman luas lahan bawang merah sekitar 30 hektare, dan sebagian besar berada di Sleman timur terutama Kalasan," kata Janurianto.
Menurut Janurianto tahun ini petani mengoptimalkan titik kumpul agar harga tidak dipermainkan tengkulak. "Tengkulak menawar ke petani Rp6.000, sementara di pasar umum harga bawang merah bisa sampai Rp14.000 hingga Rp15.000. Oleh karena itu kami bersama Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan [DP3] Sleman ingin memasarkan bawang lewat satu pintu di titik kumpul," kata Janu.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DP3 Sleman, Edy Sri Harmanto, mengatakan anjloknya harga bawang merah karena hasil panen yang berlimpah. Ia mengatakan untuk komoditas bawang merah belum ada sistem terpadu untuk pemasaran yang membuat harga bawang merah kurang bersaing.
Dibanding dengan komoditas cabai, titik kumpul cabai sudah ada 29 titik, sementara untuk komoditas bawang merah baru ada satu yaitu di Kalasan. "Harga bawang merah sedang rendah karena produksinya sangat tinggi," katanya, Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Tol Jogja-Solo Beroperasi Gratis untuk Mudik Lebaran 2024, Ini Ketentuan Mobil Melintas dan Pintu Keluar Masuknya
- Farmasi UAD Kembali Giatkan Sekolah Lansia Segar Guna Tingkatkan Kesehatan Lansia di Wirobrajan
- Stok Darah dan Layanan Donor Darah di PMI Kabupaten & Kota di DIY, Kamis 28 Maret 2024
- Baznas Jogja Buka Booth di Pusat Keramaian, Permudah Masyarakat Bayar Zakat
- KAI Daop 6 Turunkan Paksa 11 Penumpang yang Nekat Merokok dalam Kereta
Advertisement
Advertisement