Advertisement
EWS Online Dipasang di Titik Rawan Longsor DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-BPBD DIY terus berupaya meng-upgrade peralatan antisipasi rawan bencana salah satunya early warning system (EWS) tanah longsor. Tiga lokasi rawan longsor telah dipasang EWS canggih yang bisa menginformasikan pergerakan tanah secara online real time kepada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana menjelaskan pihaknya sudah memasang EWS real time di tiga lokasi rawan longsor. Ketiganya berada di Bantul yaitu di Srimartani Piyungan, Wonolelo Pleret dan Selopamioro Imorigi. EWS ini menurutnya sangat canggih dibandingkan EWS manual yang sudah terpasang di berbagai titik rawan longsor di DIY. Kelebihan EWS di tiga lokasi ini mampu mengirimkan data secara real time kepada Pusdalops BPBD DIY terkait adanya ciri akan terjadinya longsor seperti pergerakan tanah.
Advertisement
"EWS ini sudah berbasis website, online. Secara otomatis mampu mengirim data ke Pusdalops BPBDY DIY terkait kondisi, seperti curah hujan bagaimana, ada tidaknya pergerakan tanah. Tetapi baru bisa kami pasang di tiga tempat itu," terangnya kepada Harianjogja.com, Kamis (29/11/2018).
Ia menambahkan melalui kecepatan EWS itu, Pusdalops akan bisa langsung menindaklanjuti ketika perlu dilakukan penindakan. Seperti dengan dimumkan langsung ke masyarakat yang bisa didengar melalui spekare telah terpasang di lokasi tersebut.
Pengadaan EWS jenis ini akan diupayakan tiga unit pada 2019 untuk dipasang di tiga lokasi di Kulonprogo. Sedangkan pemasangan di Gunungkidul baru akan diadakan pada tahun berikutnya atau 2020 mendatang. Tetapi hal itu bisa diupayakan lebih cepat jika ada akselerasi APBD serta mendesaknya keberadaan EWS. Penentuan lokasi pemasangan EWS online ini akan dilihat melalui pemetaan kawasan paling rawan longsor.
"Kami akan melihat mana yang paling prioritas atau membutuhkan, itu yang akan kami pasang," katanya.
Biwara menyatakan karena real time dengan penggunaan EWS online ini pihaknya memiliki waktu untuk melakukan peringatan kepada masyarakat untuk segera pindah ketika ada laporan pergerakan tanah. Hal ini jelas berbeda dengan EWS manual yang selama ini terpasang di banyak titik di DIY, karena warga sekitar tidak memiliki jeda yang cukup ketika suara peringatan berbunyi dari EWS.
"Kalau yang manual ini saat sudah kejadian, jedanya memang sempit. Kalau yang EWS online ini real time bisa terua dipantau dan kami memberi peringatan sebelum kejadian," ujarnya.
Karena belum semua titik rawan longsor terpasang EWS online, maka EWS manual yang saat ini ada tetap harus dimaksimal. Ia telah meminta kepada masyarakat dan relawan sekitar lokasi rawan longsor untuk melakukan pengecekan langsung ketika ada yang perlu diperbaiki.
Sejumlah titik rawan longsor yang sudah ia petakan antara lain di kawasan pegunungan menoreh di Kulonprogo, kemudian Piyungan, Imogiri, Pleret dan Kretek untuk wilayah Bantul. Sedangkan di Gunungkidul di Kecamatan Semin, Ngawen, Gedangsari, Ponjong dan Patuk.
"Untuk Sleman itu di Berbah karena ada pegunungan dan di Prambanan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Pemuda Ngawi Ditemukan Meninggal Mengambang di Sungai, Ada Luka di Kepala
- Naik 10%, Volume Kendaraan Diprediksi sampai 9 Juta di Solo saat Lebaran 2024
- Berbagi Kebahagiaan, Tuntas Subagyo Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Sukoharjo
- Kabar Gembira Persis Solo, Irfan Jauhari Merumput Lagi setelah Absen Semusim
Berita Pilihan
Advertisement
Lewati Sepekan, Total Gempa Susulan di Bawean Capai 383 Kali
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement