Advertisement

Hadapi Revolusi Industri 4.0 Ini yang Harus Dilakukan Indonesia

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 12 Desember 2018 - 00:50 WIB
Bhekti Suryani
Hadapi Revolusi Industri 4.0 Ini yang Harus Dilakukan Indonesia Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Tony Prasetiantono (tengah) dan Dosen Program Studi Ekonomi USD Laurentius Bambang Harnoto (kanan) menjadi pemateri dalam Seminar Dosen di Kampus Paingan Universitas Sanata Dharma (USD), Selasa (11/12/2018). - Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Aspek pendidikan Indonesia perlu ditingkatkan dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0. Pendidikan yang berkualitas bisa meningkatkan daya saing.  

Pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Tony Prasetiantono mengatakan peningkatan kualitas pendidikan harus menjadi prioritas dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0. Pendidikan dapat menjadi modal dalam meningkatkan daya saing. 

Advertisement

Tony mengatakan di ASEAN, jumlah mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri masih rendah dibandingkan Vietnam. "Dulu [tertinggi di ASEAN adalah] Malaysia tetapi sekarang Vietnam yaitu sebanyak 70.000 orang. Padahal Vietnam baru saja selesai perang saudara tetapi sekarang pendidikannya maju. Maka Indonesia harus hati-hati," kata Tony dalam Seminar Dosen "Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan di Era Revolusi 4.0" dalam rangka Dies Natalis ke-63 Universitas Sanata Dharma (USD) di Kampus Paingan, Sleman, Selasa (11/12/2018).

Indonesia memiliki jumlah penduduk sampai 265 juta jiwa tetapi hanya mengirimkan anak mudanya untuk berkuliah di luar negeri sebanyak 46.000. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan China yang mencapai 600.000 orang.  

Menurut Tony, setiap negara memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Ia mencontohkan, Inggris memutuskan keluar dari keanggotaan Uni Eropa dan tidak lagi menerima imigran dari Eropa timur. 

Inggris berupaya untuk tidak mendatangkan imigran. Sebaliknya, Jerman mengizinkan migrasi masuk karena menyadari jika jumlah penduduk muda sedikit maka ekonomi Jerman akan menurun. "Makanya Jerman ekonominya termasuk baik di Eropa," katanya. 

Lebih lanjut Tony mengatakan revolusi industri 4.0 akan memberikan manfaat yaitu efisiensi dan harga-harga menjadi lebih murah. Hanya saja keberadaannya juga memberikan dampak makro yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat. 

"Dampak makronya seperti pengurangan tenaga kerja yang akan terasa," katanya. Kondisi itu terjadi karena revolusi industri 4.0 banyak memanfaatkan teknologi.  

Kemunculan inovasi juga akan mewarnai era revolusi industri 4.0. Namun perlu diwaspadai bahwa inovasi yang muncul justru dapat mendisrupsi atau merusak tatanan yang sudah ada sebelumnya. 

Sementara Dosen Program Studi Ekonomi USD Laurentius Bambang Harnoto yang menjadi pembicara kedua dalam seminar tersebut mengatakan revolusi industri memberikan dampak meningkatnya angka ketimpangan. "Revolusi industri akan membuat masyarakat semakin timpang karena akses untuk mencapai revolusi industri sangat luas sehingga kelompok rentan akan semakin sulit," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilgub Jakarta 2024, Demokrat Bakal Calonkan Dede Yusuf

News
| Jum'at, 19 April 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement