Advertisement
Kalah Bersaing dengan Elektone, Musik Campursari Harus Dilestarikan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Perkembangan musik campursari harus terus dilestarikan. Keberadaannya saat ini sudah mulai kalah bersaing dengan musik elektone.
Salah satu keprihatinan ini disuarakan oleh Yono Torong, seniman sekaligus pencipta lagu capursari asal Dusun Trowono, Karangasem, Paliyan. Menurut dia, campursari merupakan kebanggaan warga Gunungkidul karena instrument ini dilahirkan oleh maestro musik Manthous.
Advertisement
“Keberadaan campursari meraih kejayaan pada saat almarhum [Mantahous] masih hidup, tapi sekarang gaungnya mulai berkurang,” katanya, Rabu (12/12/2018).
Yono menuturkan, musim campursari sekarang mulai terpinggirkan karena keberadan musik elektone. Makin berkurangnya antusiasme masyarakat terhadap campursari dapat dilihat dari pentas di lingkungan masyarakat sudah mulai jarang terlihat. Selain itu, grup musik campursari juga sudah jarang sekali terlihat.
“Meski bisa seperti campursari, tapi bagi saya elektone bukan campursari dan lebih ke jenis musik sendiri. Jujur, sekarang campursari sudah kalah dengan elektone,” ungkapnya.
Menurut dia, keberadaan campursari harus terus dilestarikan sehingga jenis musik ini terus dapat eksis. “Siapa lagi yang akan melestarikan, kalau bukan kita. Apalagi Gunungkidul sebagai tempat lahir campursari, jadi sudah seharusnya masyarakat bangga dan ikut melestarikan,” katanya.
Disinggung mengenai keberadaan campursari yang mulai terpinggirkan oleh elektone, Yono mengungkapkan hal ini terjadi karena musik elektone dinilai lebih ringkas. Sedang jika menghadirkan campursari, peralatan yang dihadirkan lebih banyak karena memadukan musik diatonic dan pentatonic.
“Sekarang lebih banyak yang suka dengan yang simpel sehingga tidak ribet,” katanya.
Salah seorang warga Wonosari, Yuwono mengakui pentas musik campursari sudah mulai jarang terlihat. Hal ini bisa dilihat dalam pentas hajatan warga yang lebih menampilkan hiburan musik elektone.
Menurut dia, kehadiran musik elektone dari sisi suara yang dihasilkan tidak kalah dengan musik campursari. Sedang di sisi peralatan lebih ringkas sehingga mudah dipindah kemana-mana.
“Satu lagi yang membuat warga memilih musik elektone, biaya sewa lebih murah ketimbang musik campursari yang asli,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Cak Imin Tetapkan Kriteria Calon Kepala Daerah yang Diusung PKB
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Sabtu 20 April 2024
- Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja
- Jadwal Pemadaman Listrik Sabtu 20 April 2024: Giliran Sleman dan Kota Jogja, Cek Lokasinya!
- Wanita Berkebaya Gelar Aksi dengan Mata Tertutup di Tugu Jogja, Merespons Jelang Pembacaan Putusan MK
Advertisement
Advertisement