Advertisement

Populasi Sapi di Gunungkidul Ditarget Bertambah 19.000 Ekor

David Kurniawan
Minggu, 20 Januari 2019 - 18:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Populasi Sapi di Gunungkidul Ditarget Bertambah 19.000 Ekor Ilustrasi. - Solopos/Ardiansyah Indra Kumala

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul menargetkan tambahan populasi sapi sebanyak 19.601 ekor di 2019. Guna mencapai target ini akan digencarkan inseminasi buatan dengan program sapi indukan wajib bunting (Siwab).

Kepala Bidang Perternakan DPP Gunungkidul, Suseno Budi Sulistyanto, mengatakan Pemkab memiliki target untuk menjadi wilayah swasembada ternak. Oleh karena itu di tahun ini Pemkab menargetkan pertambahan populasi hewan ternak, khususnya sapi sebanyak 19.601 ekor. “Kami berusaha memenuhi target ini,” kata Suseno kepada wartawan, Minggu (20/1/2019).

Advertisement

Menurut dia, upaya pengembangbiakan sapi dengan inseminasi buatan masuk ke dalam program operasi khusus Siwab. Program ini akan menyasar 35.000 ekor sapi untuk ikut inseminasi buatan atau kawin suntik. Diharapkan ada 24.500 ekor sapi bunting. “Program ini terus berkelanjutan dari tahun ke tahun. Jadi untuk pengembangbiakan hingga kelahiran pedet ada yang hasil kawin suntik di 2019 dan tahun sebelumnya,” katanya.

Selain upaya menggalakan sosialisasi program Siwab ke masyarakat, DPP Gunungkidul terus menyosialisasikan larangan penyembelihan sapi betina produktif. Hal ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai target populasi sapi yang telah dicanangkan.

Sesuai dengan aturan dalam Undang-Undang No.14/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan khususnya dalam Pasal 18 Ayat 4 mengatur tentang larangan menyembelih ternak ruminansia betina produktif. Apabila aturan ini dilanggar maka pelaku bisa terancam pidana penjara maksimal tiga tahun dan denda sedikitnya Rp100 juta hingga paling banyak Rp300 juta. “Kami akan terus sosialisasikan ke masyarakat,” katanya.

Kepala DPP Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, menyatakan pengembangbiakan sapi bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan kawin secara alami dan kedua dengan inseminasi buatan. Namun demikian untuk saat ini kawin alami sudah jarang dilakukan karena rata-rata persilangan menggunakan kawin suntik. “Tingkat keberhasilan kawin suntik lebih tinggi sehingga cara ini efektif untuk meningkatkan populasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement