Advertisement
Gara-Gara Batang Pohon Lapuk, Rumah Ngadiyat Rusak
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Rumah milik Ngadiyat, warga Dusun Putat II, Desa Putat, Kecamatan Patuk, rusak tertimpa pohon mahoni, Senin (21/1/2019) pagi. Dengan adanya kejadian ini BPBD Gunungkidul meminta masyarakat terus waspada terhadap potensi bencana di musim penghujan.
Koordinator Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul, Surisdiyanto, mengatakan jajarannya menerima laporan terkait dengan pohon mahoni ambruk yang menimpa rumah milik Ngadiyat di Dusun Putat. Setelah menerima laporan, tim langsung menerjunkan sukarelawan untuk proses evakuasi. “Tim kami sudah datang dan bersama-sama warga melakukan kerja bakti bersama,” kata Surisdiyanto kepada wartawan, Senin.
Advertisement
Dia menjelaskan kejadian pohon tumbang ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Hanya saja, salah seorang anak Ngadiyat mengalami luka ringan saat akan menyelamatkan diri. “Kerusakan meliputi atap yang terbuat dari asbes dan genting pecah tertimpa batang pohon,” katanya.
Surisdiyanto menambahkan untuk penyebab pohon ambruk bukan karena angin kencang, tetapi disebabkan batang pohon sudah keropos karena pelapukan. “Pada saat kejadian tidak hujan, cuaca hanya mendung,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan jajarannya mendapatkan informasi terkait dengan rumah rusak karena tertimpa pohon. Menurut dia warga diimbau terus berhati-hati karena potensi bencana meningkat saat puncak musim hujan. “Kesiapsiagaan sangat diperlukan sehingga saat terjadi musibah atau bencana, dampaknya bisa dikurangi sekecil mungkin,” katanya.
Menurut dia untuk mengantisipasi terjadinya bencana dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tanda awal terjadi bencana dengan melihat kondisi lingkungan sekitar. “Masyarakat harus terus waspada karena musibah dan bencana tidak ada yang tahu kapan akan terjadi,” ujarnya.
Dia menjelaskan antisipasi bencana dengan melihat lingkungan sekitar disesuaikan dengan potensi bencana yang muncul. Sebagai contoh, warga yang tinggal di daerah rawan tanah longsor dapat melakukan deteksi dini dengan melihat tanda-tanda hujan yang terus mengguyur dengan intensitas tinggi. Selain itu, juga dapat diantisipasi dengan melihat lingkungan sekitar seperti adanya potensi sumber air baru, pergerakan tanah, air sumur menjadi keruh hingga pohon mulai miring. “Kalau sudah menemukan kondisi seperti ini maka harus mengungsi ke tempat yang lebih aman,” katanya.
Hal yang sama juga bisa dilihat bagi warga di daearah rawan banjir. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai adanya hujan yang terus mengguyur selama dua jam lebih dan debit air di lingkungan rumah meningkat. Untuk mengurangi risiko puting beliung dapat dilihat adanya gumpalan awan hitam di langit, cuaca mendung tapi kondisi udara panas hingga hujan turun dengan tiba-tiba disertai dengan angin kencang. “Intinya masyarakat harus terus siaga dan berhati-hati,” kata Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Rentetan Gempa Bawean Terus Menurun, BMKG Catat Gempa Susulan Mencapai 333 Kali
- BRI Bagikan Paket Sembako dan Santunan bagi Anak Yatim di Jogja
- Polda DIY Siapkan Antisipasi Lalu Lintas Selama Libur Lebaran 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jogja, Kamis 28 Maret 2024
- Jadwal KRL Jogja Solo Kamis 28 Maret 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Advertisement