Advertisement

DEMAM BERDARAH : 4 Warga Sleman Meninggal karena DBD

Rima Sekarani
Senin, 16 Maret 2015 - 20:20 WIB
Nina Atmasari
DEMAM BERDARAH : 4 Warga Sleman Meninggal karena DBD

Advertisement

Demam berdarah masih mengancam warga Sleman. Sudah ada empat warga yang meninggal karena aksus tersebut

Harianjogja.com, SLEMAN—Pengendalian penyakit demam berdarah degue (DBD) masih masuk program prioritas Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman. Pasalnya, hingga Rabu (11/3/2015) kemarin, telah tercatat 205 kasus DBD dengan korban meninggal empat orang.

Advertisement

Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini menyampaikan, salah satu faktor yang memengaruhi tingginya kasus DBD adalah kondisi cuaca pada musim hujan. Banyak genangan air yang berpotensi jadi tempat perindukan nyamuk aedes aegypti.

“Kondisi itu akan rawan jika ditambah dengan perilaku masyarakat yang kurang memperhatian perilaku hidup bersih dan sehat,” katanya saat dikonfirmasi Minggu (15/3/2015).

Lonjakan kasus DBD diperkirakan masih akan terjadi hingga April 2015 nanti. Dinkes Sleman mengantisipasinya dengan membuat surat edaran tentang kewaspadaan dini terhadap kemungkinan kejadian luar biasa (KLB) DBD kepada para camat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Kami juga meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terkait pemberantasan sarang nyamuk dan gerakan 3M plus,” ujar dokter yang akrab disapa Linda itu.

Linda menambahkan, Dinkes Sleman juga mengaktifkan tim dari kelompok kerja operasional (pokjanal) DBD tingkat kabupaten dan kecamatan untuk melakukan monitoring dan pemantauan jentik secara berkala.

“Kami juga siap memberikan larvasida, fogging, dan penyelidikan melakukan penyelidikan epidemiologi setelah menerima laporan kejadian DBD,” paparnya.

Sementara itu, pemantauan jentik yang dipimpin Bupati Sleman Sri Purnomo di Pogung, Sinduadi, Mlati, Sleman, pada Jumat (13/3/2015) lalu, dilakukan di tiga titik, yaitu Pogung Kidul, Pogung Rejo, dan Pogung Dalangan.

Hasilnya, dari 119 rumah yang diperiksa, 44 rumah di antaranya positif terdapat jentik. Dengan begitu, angka bebas jentik (ABJ) di sana hanya 64,7%, jauh dari target normal 95%.

“Rendahnya ABJ adalah bentuk dari kelengahan. Semua warga harus rutin menguras bak mandi minimal dua kali seminggu. Amati juga tempat air lain, seperti kulkas, pot bunga, ban bekas, dan benda lain yang bisa jadi tempat genangan air,” kata Sri Purnomo.

Masyarakat diminta terus meningkatkan kewaspadaan. Jika ada keluarga yang mendadak demam tinggi, sebaiknya segera diperiksakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement