Advertisement

MARY JANE : Pemerintah Indonesia Pasif

Selasa, 20 Oktober 2015 - 13:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
MARY JANE : Pemerintah Indonesia Pasif HarianJOgja/Gigih M. HanafiTerpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso tersenyum saat menyemarakkan peringatan Hari kartini di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Wirogunan, Jogja, Selasa (21 - 4).

Advertisement

Mary Jane sampai saat ini masih menyandang status sebagai terpidana mati.

Harianjogja.com, JOGJA-Mary Jane Fiesta Veloso warga negara Filipina yang menjadi terpidana mati kasus narkotika belum berubah status. Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) DIY Tony Spontana menegaskan status Mary Jae tetap terpidana mati yang eksekusinya ditangguhkan karena terjadi proses hukum baru di Filipina yang mengindikasikan ibu dari dua anak itu hanya korban human trafficking.

Advertisement

“Tetapi sampai saat ini Mary Jane belum dimintai keterangan oleh penyidik Filipina,” ujarnya, Senin (19/10/2015).

Ia tidak menampik baru-baru ini Kedutaan Besar Filipina mengunjungi Mary Jane di lembaga pemasyarakatan (LP) Wirogunan, namun kunjungan tersebut tidak terkait proses penyidikan dan hanya kunjungan biasa.

Diuraikannya, pemeriksaan Mary Jane baru bisa dilakukan apabila ada permintaan resmi dari Pemerintahan Filipina dan sampai saat ini belum ada tindakan tersebut. Menurutnya, mekanisme interogasi berupa pengambilan kesaksian di luar wilayah hukum harus melewati prosedur yang sesuai. Idealnya, pemerintah Filipina meminta kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan wawancara dengan kuesioner.

“Normalnya, dari pihak Indonesia yang bertanya kepada Mary Jane melalui kuesioner, namun kami membuka diri apabila pemeriksaan dilakukan dengan cara lain,” kata Tony.

Penasihat hukum Mary Jane, Agus Salim, menuturkan, rencana pengambilan kesaksian melalui teleconference dibatalkan karena persoalan teknis.
“Dikhawatirkan ada gangguan jaringan dan sejenisnya, jadi kemungkinan memeriksa langsung tetapi belum tahu secara pasti pelaksanannya,” tuturnya.

Sejauh ini, kata Agus, penasihat hukum masih menunggu putusan pengadilan di Filipina yang akan dijadikan novum atau bukti baru dalam kasus ini.

Seperti yang diketahui, Mary Jane divonis mati atas kepemilikan heroin seberat 2,6 kilogram. Ia ditangkap Dirjen Bea Cukai Bandara Adisucipto pada 2010 lalu. Eksekusi mati Mary Jane batal dilakukan pada eksekusi gelombang dua April lalu karena masih ada proses hukum baru di negaranya, yakni penangkapan perekrut Mary Jane dan warga negara Filipina itu harus menjadi saksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement