Advertisement
RAMADAN 2016 : Pendapatan Pedagang Pasar Takjil Alun-alun Wates Tak Memuaskan

Advertisement
Ramadan 216 di Kulonprogo dimeriahkan dengan pasar takjil di Alun-alun Wates
Harianjogja.com, KULONPROGO- Rata-rata pendapatan dari berjualan di Pasar Ramadan yang digelar Pemkab Kulonprogo dinilai kurang memuaskan pada pekan pertama. Sejumlah pedagang kemudian mempertimbangkan untuk mundur perlahan.
Advertisement
Pasar Ramadan dibuka sejak Senin (6/6/2016) pekan lalu. Puluhan pedagang dikumpulkan untuk menjual aneka hidangan berbuka puasa selama sebulan penuh di Alun-alun Wates. Namun, sepekan berlalu, penghasilan yang didapat ternyata relatif lebih rendah dibanding berjualan sendiri dengan cara masing.
Hal itu salah satunya diungkapkan seorang pedagang es cendol, Pahmanto. Saat Ramadan, dia bisa menjual rata-rata 100 bungkus es cendol per hari. Namun, kali ini dia hanya menjual paling banyak 50 bungkus per hari. Meski begitu, waktu sepekan dianggap belum cukup untuk dijadikan landasan menentukan keuntungan dan kerugian usaha. “Ini batu lima hari jadi belum bisa dibandingkan. Kalau sementara ini, masih suka yang [jualan] keliling,” kata Pahmanto, Jumat (10/6/2016) lalu.
Pahmanto diminta Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PerindagESDM) Kabupaten Kulonprogo untuk mengisi lapak Pasar Ramadan hingga bulan puasa berakhir. Namun, dia yakin bisa memenuhi target itu jika grafik pendapatannya tidak menunjukkan kenaikan signifikan.
Bagaimanapun dia ingin dagangannya laku banyak agar bisa berlebaran dengan nyaman bersama keluarga. Kendati begitu, dia juga tidak ingin gegabah dengan langsung meninggalkan fasilitas yang diberikan padanya. “Saya diminta di sini sebulan penuh tapi saya juga mau lihat situasi,” ungkap pria 57 tahun itu.
Kondisi serupa juga disampaikan Anika, pedagang aneka masakan sayur dan lauk. Menurutnya, masyarakat Kulonprogo cenderung belum terlalu suka jajan. Upaya promosi oleh pihak penyelenggara juga dinilai tidak maksimal sehingga jumlah pengunjung tidak sebanyak yang dibayangkan. Pembeli takjil paling ramai berdatangan saat jam pulang kantor dan menjelang waktu berbuka. Namun, kondisi itu seakan hanya berlaku pada awal kegiatan saja.
Warga Dusun Jombokan, Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih itu mengaku bisa mendapatkan Rp500.000 pada hari pertama dan Rp700.000 pada hari kedua. Hanya saja, angka itu justru berkurang pada hari-hari selanjutnya, yaitu rata-rata Rp400.000. “Dengar-dengar banyak yang mundur tapi saya juga kurang tahu,” ujar Anika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pemerintah Indonesia Diminta Jadi Juru Damai Konflik India dan Pakistan
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Belasan Peserta Seleksi PPPK Tahap II di Sleman Gugur Tanpa Lalui Seleksi Kompetensi
- Pria Paruh Baya Tersengat Listrik Saat Tengah Bekerja di Banguntapan Bantul
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
- Produk UMKM Kota Jogja Diminati Peserta Munas VII APEKSI 2025
Advertisement