Advertisement
TIONGHOA JOGJA : Prihatin dengan Minimnya Pemahaman Masyarakat tentang Kelenteng

Advertisement
Tionghoa Jogja kali ini bercerita tentang penjaga Kelenteng.
Harianjogja.com, JOGJA -- Menjadi pengurus kelenteng membawa cerita menarik tersendiri bagi Margomulyo. Pria 40 tahun ini memiliki pengalaman cerita mistis sampai kisah memprihatinkan selama menjaga Kelenteng Poncowinatan.
Advertisement
Salah satu hal yang membuatnya masih terheran-heran dan prihatin adalah banyaknya orang datang ke kelenteng untuk mencari pesugihan. Awalnya para tamu tersebut bertemu dengan Margomulyo, menceritakan usahanya termasuk masalah utang yang dihadapi. Ujung percakapannya, orang tersebut meminta bantuan Margomulyo untuk mendapatkan pesugihan.
“Saya hanya bisa jawab, nek kowe ndene [kalau kamu ke kelenteng] cari pesugihan, ora mungkin [tidak mungkin] ketemu saya. Kalau saya sugih [kaya], ngapain saya jaga kelenteng,” kata pria yang memiliki nama Tionghoa Tjia Tjek Su ini, Rabu (7/9/2016).
Ia prihatin, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti keberadaan klenteng sebagai tempat doa. Mereka masih berpikir bahwa kelenteng erat dengan dunia gaib atau dunia klenik karena cara bersembahyang orang-orang Tionghoa di klenteng menggunakan dupa. Padahal, kata dia, asap yang keluar dari dupa dipercaya sebagai kendaraan doa untuk menuju kepada Tuhan, bukan sebagai sesajian untuk melancarkan pesugihan.
Kebanyakan para peminta pesugihan ini adalah suami istri dari daerah yang pelosok. Pengetahuan yang masih minim membuat mereka belum memahami fungsi dan hakekat kelenteng sebagai tempat doa umat Tridharma. “Saya hanya mengarahkan untuk berdoa saja tapi mereka juga tidak mau,” katanya.
Hampir setiap hari ia kedatangan tamu. Di antara mereka ada yang ingin berdoa, ada pula yang sekadar mengonsultasikan permasalahannya. Masalah yang disampaikan pun tidak hanya masalah besar seperti kehilangan barang tetapi juga masalah tidak bisa tidur. Margo hanya dapat mengarahkan untuk berdoa di depan rupang dewa. Mereka dipersilakan berdoa sesuai keyakinannya tetapi harus tetap menggunakan dupa.
Baginya, menjadi pengurus Kelenteng Poncowinatan cukup menyenangkan. “Di sini tenang, tidak mikir apa-apa. Tidak mikir utang,” katanya sembari bergurau. Setiap hari, Margo standby di kelenteng sejak pukul 7.30-16.30 WIB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

KPK Dalami Dugaan Keterlibatan Petinggi Parpol di Kasus Korupsi Kementan
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Dinilai Rawan, Bawaslu DIY Awasi Ketat Distribusi Surat Suara
- Ikut Waspadai Munculnya Kasus Pneumonia, Ini yang Dilakukan Dinkes DIY
- Pemkot Jogja Sabet Predikat Sangat Baik pada Anugerah Meritokrasi KASN 2023
- Sekjen PSI Temui Sultan Jogja Buntut Pernyataan Ade Armando, Begini Hasilnya
- Cuaca Hari Ini, Gunungkidul Diguyur Hujan Ringan dari Pagi hingga Malam
Advertisement
Advertisement