Advertisement
BPJS Mendominasi tapi Bisnis Asuransi di Jogja Justru Tumbuh, Ada Apa?

Advertisement
Industri asuransi di Jogja terus tumbuh.
Harianjogja.com, JOGJA-- Kesadaran pentingnya berasuransi mulai tumbuh di kalangan masyarakat Jogja. Namun hal tersebut belum disertai dengan keinginan untuk membeli polis asuransi. Di sisi lain, industri asuransi terus bertumbuh.
Advertisement
Agency Business Development Manager (ABDM) Asuransi Avrist Cabang Jogja, Anastasia Setyo Lestari (Ana) mengatakan, jika dibandingkan 2016, bisnis asuransi di Jogja mengalami pertumbuhan yang semakin baik yaitu 14% per November 2017. “Pada dasarnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sudah mulai tumbuh, namun keinginan untuk membeli polis asuransi masih kurang,” katanya pada Harianjogja.com, Jumat (17/11/2017).
Menurutnya ada faktor internal dan eksternal yang membuat masyarakat enggan memberi polis. Faktor internal seperti pernah memiliki pengalaman buruk dengan asuransi lain atau karena kemampuan finansial calon nasabah yang masih kurang. Sementara faktor eksternal seperti adanya pengaruh sosial media dan pemberitaan mengenai asuransi yang kurang bagus.
Ana mengatakan, saat ini sebagian besar masyarakat mengandalkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai jaminan sosialnya dan merasa BPJS baik kesehatan maupun ketenagakerjaan sudah mampu mengcover semuanya. “BPJS bawa pengaruh besar. Karena itu kami ingin mengedukasi bahwa ada beberapa hal yang juga belum tercover oleh BPJS,
contohnya pendidikan, pensiun, warisan, dan sebagainya,” tutur Ana.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Jogja, Bodi Hadisuwarno mengatakan, bisnis asuransi di Jogja tetap tumbuh kendati mendapat pengaruh dari keberadaan BPJS. Hal itu ditunjukkan dengan adanya 70 perusahaan asuransi yang membuka kantor cabang di Jogja. "Banyaknya kantor cabang cukup membuktikan bahwa Jogja masih menjadi ladang ekonomi bagi asuransi," katanya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri asuransi hingga September 2017 tumbuh semakin baik dengan total aset mencapai Rp628,68 triliun, meningkat 17,6% dibanding posisi Desember 2016 sebesar Rp534,57 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, Riswinandi mengatakan, nilai investasi industri asuransi
pada posisi 30 September 2017 telah mencapai Rp505,57 triliun atau meningkat sebesar 22,42% dibandingkan Desember 2016 sebesar Rp412,98 triliun.
Sementara, jumlah pendapatan premi asuransi dan reasuransi sampai dengan 30 September 2017 telah mencapai Rp183,45 triliun atau mencapai 71,1% dari proyeksi yang telah ditetapkan OJK untuk periode sampai dengan 31 Desember 2017. “Kami optimistis pendapatan premi asuransi dan reasuransi akan mampu mencapai Rp258 triliun sampai dengan 31 Desember 2017 sesuai dengan proyeksi OJK,” kata Riswinandi.
Selain itu, kesehatan keuangan industri asuransi secara umum dalam kondisi baik, yang tercermin dari beberapa rasio keuangan seperti rasio likuiditas asuransi jiwa mencapai 143,4% posisi 30 September 2017, dan di asuransi umum dan reasuransi yang memiliki rasio likuiditas sebesar 179,1%.
Riswinandi menyampaikan, Arah Strategis Pengawasan IKNB 2018 antara lain akan mengintegrasikan proses bisnis pengawasan dengan mendorong aspek pengawasan IKNB berbasis teknologi informasi dan pengawasan bersama antara pengawas bank dan pengawas IKNB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Ikut Waspadai Munculnya Kasus Pneumonia, Ini yang Dilakukan Dinkes DIY
- Pemkot Jogja Sabet Predikat Sangat Baik pada Anugerah Meritokrasi KASN 2023
- Sekjen PSI Temui Sultan Jogja Buntut Pernyataan Ade Armando, Begini Hasilnya
- Cuaca Hari Ini, Gunungkidul Diguyur Hujan Ringan dari Pagi hingga Malam
- Jadwal KRL Jogja Solo 8 Desember 2023 dari Stasiun Lempuyangan
Advertisement
Advertisement