Advertisement
Kincir Angin Buatan Mahasiswa STTNAS Lolos Pimnas ke-31
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Teknologi kincir angin dari drum bekas untuk menggerakkan aerator di area budidaya udang karya empat mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) berhasil lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31. STTNAS akan memproyeksikan para mahasiswa tersebut bebas mengerjakan tugas akhir.
Empat mahasiswa Teknik Mesin pembuat karya tersebut adalah Muhammad Aden Budi Ihtisan, Hasanudin, Oki Andrian, Pebri Pratama dan Danan Aji. Karya ilmiah yang diangkat yaitu Pemanfaatan Limbah DruM Bekas Sebagai Bahan Kincir Angin Penggerak Aerator untuk Meningkatkan Hasil Panen Budidaya Udang Vaname. Karya itu telah diterapkan bagi petambak udang di Dusun Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul dan terbukti berhasil.
Advertisement
Ketua STTNAS Ircham menjelaskan, pihaknya memberikan pendampingan ekstra kepada mahasiswa yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Dari lima tim yang diikutsertakan, STTNAS mendapatkan satu tim yang lolos menuju Pimnas ke-31.
Lolosnya tim kincir angin, kata dia, akan menjadi pemicu bagi mahasiswa STTNAS lainnya untuk membangkitkan kembali semangat menuju Pimnas. Karena pada tahun sebelumnya sempat tidak lolos Pimnas. "Semoga kami menjadi perguruan tinggi yang bermanfaat bagi masyarakat," ungkapnya, Rabu (8/8/2018).
Ia memastikan, tim mahasiswa yang lolos ke pimnas akan mendapatkan dua apresiasi berupa bantuan pembayaran SPP per semester. Serta mendapatkan poin tersendiri dengan tidak perlu membuat tugas akhir dengan membuat laporan ulang. "Jadi mahasiswa tidak sia-sia mengikuti ini, mereka akan dapat poin dan coin. Semua kejuaraan kami atur seperti itu tetapi menyesuaikan antara juara regional dan nasional," imbuhnya.
Ircham menilai terpilihnya tim ini ke Pimnas karena berinovasi dengan memanfaatkan barang bekas, mampu mengatasi permasalahan di tambak udang serta hemat energi.
Sehingga termasuk energi terbarukan karena memanfaatkan angin, berbeda dengan sebagian besar kincir yang menggunakan mesin solar.
Lebih utama lagi produk kreativitas mahasiswanya itu tidak merusak udang, berbeda dengan menggunakan solar, seringkali mematikan udang karena terkena baling-baling. "Kalau ini kan baling-balingnya di atas, oksigennya yang turun ke bawah," katanya.
Ia menyadari, tidak semuanya titik dalam suatu tambak udang menggunakan alat tersebut. Untuk mengantisipasi saat tidak terjadi angin kencang maka di titik tertentu bisa menggunakan mesin solar.
Produk tersebut bisa diterapkan secara langsung bagi petambak udang. Selain itu petani bisa melanjutkan sendiri perawatannya ketika diberikan bantuan alat tersebut. Selain itu pembudidaya tambak bisa membuatnya lagi dengan mengadopsi karya mahasiswanya.
"Ini lebih mengedepankan inovasi, kalau diberikan bantuan kepada masyarakat kemudian setahun rusak tidak bisa mengembangkan atau memperbaiki ya percuma, maka kami hadir dengan teknologi sederhana tetapi bermanfaat. Selama ada angin ini bisa beroperasi," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sheila on 7 Bikin Konser di Medan, Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Sumut Ikut Subur
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Budayawan di Jogja Dilibatkan Pembuatan Maskot Pilkada 2024
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
Advertisement
Advertisement