Advertisement

Menyontek Wujud Renadahnya Moralitas Anak

Laila Rochmatin
Kamis, 13 September 2018 - 16:10 WIB
Laila Rochmatin
Menyontek Wujud Renadahnya Moralitas Anak Sejumlah siswa SD Seropan saat mengerjakan soal USBN di ruangan yang telah lama tidak dipakai, Kamis (3/5/2018). - Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Sekolah memang bukan sebuah tempat di mana seluruh persoalan bangsa dapat diselesaikan. Namun sekolah menjanjikan banyak hal tentang perbaikan sebuah bangsa di masa depan. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran besar dalam membentuk karakter bangsa.

Namun sayang persoalan kualitas moral bangsa ini membuat menyontek menjadi hal yang kerap dilakukan oleh siswa bahkan di jenjang sekolah dasar (SD). Hal tersebut dikatakan Ichsan dalam disertasinya yang berjudul Pendidikan Nilai Kejujuran Pada Diri Siswa Berbasis Kelas dan Kultur Madrasah di MIN Jejeran Bantul.

Advertisement

Dikatakan Ichsan, perilaku tidak jujur yang menyebabkan siswa menyontek antara lain karena rendahnya moralitas, ada ketakutan-ketakuan tertentu berkaitan dengan prestasi akademik, ada kesempatan atau kemungkinan tidak ketahuan, budaya mengatrol nilai, dan tata peraturan yang membentuk struktur dan kultur sekolah. Untuk memberantas budaya curang tersebut pendidikan nilai yang menekankan kejujuran perlu lebih diperhatikan.

“Menyontek merupakan sisi gelap kehidupan para siswa,” ucap Ichsan, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan karakteristik nilai jujur untuk SD terbagi menjadi dua fase indikator perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Untuk jenjang kelas I-III adalah tidak meniru jawaban teman (menyontek) ketika ulangan atau mengerjakan tugas di kelas, menjawab pertanyaan guru tentang sesuatu berdasarkan pengetahuannya, mau bercerita tentang kesulitan dirinya dalam berteman, menceritakan sesuatu kejadian berdasarkan sesuatu yang diketahuinya dan mau menyatakan tentang ketidaknyamanan suasana belajar di kelas.

Untuk jenjang kelas IV-VI tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas di rumah, mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau yang dialaminya, mau bercerita tentang kesulitan menerima pendapat temanya, mengemukakan pendapat tentang sesuatu sesuai yang diyakini, dan mengemukakan ketidaknyamanan dalam belajar di sekolah. Hal ini disampaikan Ichsan sesuai dengan sumber dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Berkat disertasinya ini Ichsan berhasil menjadi doktor ke-47 yang diluluskan oleh program Pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam UMY pada 13 September dengan predikat nilai sangat memuaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement