Advertisement

Green Energy Kini Diterapkan di Industri Batik

Laila Rochmatin
Selasa, 02 Oktober 2018 - 00:50 WIB
Bhekti Suryani
Green Energy Kini Diterapkan di Industri Batik Penyerahan peralatan konverter PLTS di UKM Batik Bantul dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat hasil kolaborasi UGM dan UMY. - IST

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL - Batik telah diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia dan saat ini sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Hal tersebut seyogyanya direspons dengan cara menjaga dan melestarikan batik secara sungguh-sungguh. Salah satu upaya menjaga dan melestarikan batik adalah mengembangkan dan memperkuat industri batik nasional.

DIY merupakan salah satu provinsi penghasil batik yang cukup terkenal, baik dalam skala nasional maupun internasional. Aspek historis dan geografis menjadi modal penting bagi industri batik DIY dengan tradisi membatik yang telah berlangsung berabad-abad. Selain itu sebagai tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia, DIY mendapatkan kesempatan untuk lebih mudah dalam memasarkan produk.

Advertisement

Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap penguatan industri batik di DIY, tim dosen UMY dan UGM berkolaborasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Tim tersebut diketuai Ramadoni Syahputra (Teknik Elektro UMY), dengan anggota Indah Soesanti (Teknik Elektro UGM) dan Agus Jamal (Teknik Elektro UMY). Mereka melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat program multi-tahun. Program pengabdian ini disponsori Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Mitra dalam kegiatan pengabdian tersebut adalah perajin batik Bantul yaitu UKM Batik Tugiran dan UKM Batik Sri Sulastri. Ramadoni menyebutkan tim akan melaksanakan Program Pengabdian kepada Masyarakat melalui skim Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE).

"Ini merupakan tahun kedua dari rencana tiga tahun [2017-2019]. Tujuan PPPE ini adalah membantu UKM batik Bantul meningkatkan kapasitas produksi dan manajemen usaha dalam rangka memperkuat industri batik nasional,” jelas dia seperti dikutip Senin (1/10/2018).

Mitra industri batik dalam kegiatan PPPE ini berlokasi di Desa Wijirejo, Pandak, Bantul. Permasalahan prioritas kedua UKM tersebut adalah kebutuhan tambahan pasokan energi listrik, proses produksi masih berbahan bakar minyak tanah dan gas yang relatif mahal serta sering langka. Selain itu, sistem manajemen masih manual berbasis kertas, belum tersedia sistem informasi produk, keterampilan sumber daya manusia, dan limbah industri yang belum tertangani.

Ramadoni menyampaikan target khusus kegiatan PPM PPPE tersebut adalah terjadi peningkatan kualitas dan jumlah produk batik masing-masing UKM. "Peningkatan yang kami targetkan sebesar 10 persen per tahun selama tiga tahun. Ini akan berdampak pada peningkatan cash-flow dan laba UKM sebesar 10 persen per tahun selama tiga tahun,” jelas dia.

Metode yang diterapkan untuk mencapai target tersebut adalah menyediakan pembangkit listrik energi terbarukan (solar home system) dan ramah lingkungan. Tim juga berusaha agar perajin mengadakan proses daur ulang lilin dan pewarna kain, tersedianya kompor batik listrik otomatis, sistem manajemen yang berbasis komputer, sistem informasi produk dan pemasaran berbasis web, penambahan SDM dan peningkatan keterampilan, serta pengendalian limbah industri batik.

"Kegiatan tersebut akan diselesaikan secara bertahap setiap tahun selama tiga tahun dan khusus pengendalian limbah industri batik akan diselesaikan pada tahun ketiga,” ucap Romadoni.

Khusus untuk limbah industri perlu diantisipasi sejak dini karena dapat berdampak serius, yaitu merusak ekosistem lingkungan sekitar. Selain itu juga untuk mengantisipasi kekhawatiran adanya resistensi warga sekitar industri batik yang dapat mengancam kelangsungan dan eksistensi UKM.

Romadoni berharap kegiatan PPM PPPE tersebut dapat memberikan hasil yang bermanfaat khususnya bagi UKM Batik Sri Sulastri dan UKM Batik Tugiran serta industri batik nasional pada umumnya. "Semoga kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dalam rangka memperkuat industri lokal berbasis warisan budaya dalam persaingan pasar nasional dan internasional," kata dia.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Petinggi Freeport Temui Jokowi, Ini yang Dibahas

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement