Advertisement
Revalidasi UNESCO Batal, Pengelola Watu Payung Tetap Optimistis
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Perwakilan dari UNESCO, Profesor Emeritus Dato Ibrahim Komoo, batal ke Geoforest Watu Payung di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang. Meski revalidasi batal, pengelola optimistis objek wisata Watu Payung lolos sebagai kawasan geopark.
Professor Emeritus Dato Ibrahim Komoo merupakan mantan Presiden Asia Pacific Geoparks Network (APGN). Sebelumnya, dia telah mengunjungi Gunung Api Purba Nglanggeran pada Minggu (24/3/2019). Dia ditunjuk sebagai pembimbing soal Geopark.
Advertisement
Sekretaris Dinas Pariwisata (Dinpar) Gunungkidul, Harry Sukmono, mengatakan ia belum mengetahui terkait dengan batalnya kunjungan ke Geoforest Watu Payung. Menurutnya, kini Dinpar menyiapkan berbagai syarat untuk revalidasi dari UNESCO. "Persiapannya cukup banyak karena tidak hanya satu objek wisata yang dikaji menjadi geopark," ujarnya, Jumat (29/3/2019).
Harry menyatakan potensi pengembangan kawasan geopark dengan keanekaragaman geologi, hayati, serta budaya diharapkan menimbulkan multiplier effect. "Efeknya adalah mengedukasi masyarakat, bertambah baiknya kondisi lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Ketua Pokdarwis Sidomulyo Watu Payung, Iwan Saputra, mengungkapkan objek wisata yang dikelola masuk dalam landscape karst di Gunungkidul. Dinpar beberapa kali menggelar survei di Watu Payung. "Survei dilakukan untuk memastikan apakah objek wisata ini masuk dalam kategori geopark atau tidak," kata Iwan kepada Harian Jogja, Jumat.
Iwan menyatakan, dilihat dari jenis batuan kapur dan fosil-fosil binatang laut yang pernah ditemukan, Watu Payung sebelumnya adalah dasar laut. Dengan begitu, ia yakin akan kembali lolos menjadi kawasan geopark pada tahun ini. "Watu Payung ditetapkan menjadi kawasan geopark pada 2014 silam, rencananya pada Juni 2019 ada revalidasi lagi dari UNESCO," katanya.
Terkait dengan persiapan yang dilakukan, Pokdarwis Sidomulyo, menurut Iwan, menyiapkan pelestarian konservasi alam, mengurangi pembangunan yang memakai semen dan menyiapkan museum tempat fosil-fosil binatang laut. Luas hutan di Watu Payung yang dikelola oleh Pokdarwis Sidomulyo saat ini mencapai 14,7 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
- Jadwal Layanan Samsat Keliling Jogja Kamis 25 April 2024
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 25 April 2024, Giliran Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA
Advertisement
Advertisement