Advertisement

Gegara Proyek, Tanaman di Jalan Sudirman Bantul Jadi Tak Subur

Ujang Hasanudin
Selasa, 30 Juli 2019 - 15:07 WIB
Arief Junianto
Gegara Proyek, Tanaman di Jalan Sudirman Bantul Jadi Tak Subur Petugas pemeliharaan tanaman dari DLH Bantul membongkar tanah berisi bebatuan dan puing di devider Jalan Sudirman, Selasa (30/7/2019). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Proyek revitalisasi Jalan Sudirman, Bantul berdampak buruk pada tanaman yang ada di sepanjang pembatas antara dua jalur di jalan tersebut. Tanaman-tanamn itu terlihat mengering dan layu, bahkan beberapa di antaranya ada yang mati.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Yohanes Aryanto mengatakan hampir 50% tanaman yang ada di sepanjang Jalan Sudirman tidak subur sehingga perlu diganti. Dia mengatakan banyak faktor yang membuat tanaman di jalan protokol sepanjang 1,5 kilometer tersebut tidak subur.

Advertisement

“Salah satunya karena tempat tanaman di devider jalan kurang pupuk. Selain itu komposisi tanahnya juga kurang subur, Dulu saat pembangunan devider itu kan hasil bongkaran dimasukkan ke situ," kata dia, saat dihubungi Selasa (30/7/2019).

Oleh karena itu, DLH Bantul berencana mengeruk kembali tanah yang ada di devider tersebut. Pengerukan akan dilakukan secara bertahap guna membuang bebatuan dan puing hasil bongkaran. “Lalu kami akan menggantiya dengan tanah merah, lalu dicampur pupuk dan kompos,’ ucap Ariyanto.

Penggantian tanaman tersebut dilakukan bertahap karena menyesuaikan anggaran. Aryanto mengatakan penggantian hanya dilakukan untuk tanaman yang mati. "Bagian yang bagus tetap dipertahankan," ujar dia.

Jenis Tanaman

Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan DLH Bantul, Woro Suryani, menambahkan anggaran penggantian tanaman di Jalan Sudirman tahun ini memang tak bisa dilakukan secara besar-besaran lantaran anggaran yang tersedia hanya sekitar Rp60 juta. "Tahun depan akan kami anggarkan lagi, " kata dia.

DLH Bantul, kata dia, nantinya akan memperbanyak tanaman lidah mertua yang dianggap sebagai tanaman penyerap polusi udara. “Saat ini tanaman lidah mertua memang baru sedikit. Sementara tanaman kacang-kacangan akan dikurangi karena pertumbuhannya terlalu cepat,” ucap dia.

Tak hanya itu, jenis pohon tabebuya juga akan ditambah. Pohon tabebuya yang ditanam tak hanya pohon yang berbunga warna kuning, namun juga merah dan ungu. "Biar variatif," kata Woro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement