Advertisement

Ini Penyebab Banjir di Pasar Beringharjo Menurut Ahli Hidrologi dari UGM

Nina Atmasari
Sabtu, 15 Februari 2020 - 22:17 WIB
Nina Atmasari
Ini Penyebab Banjir di Pasar Beringharjo Menurut Ahli Hidrologi dari UGM Suasana di Pasar Beringharjo, Selasa (10/4/2018). - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Banjir yang terjadi di Pasar Beringharjo, Kota Jogja, pada Jumat (14/2/2020) membuat publik bertanya-tanya. Penyebabnya, kasus banjir ini baru pertama kali terjadi dan anehnya, air muncul dari lubang selokan di bawah pasar.

Ahli hidrologi  dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Budi Santoso Wignyosukarto juga mengaku heran dengan munculnya air yang membuat pasar tradisional terbesar di DIY itu banjir.

Advertisement

"Jika kita lihat videonya, air masuk dari bawah, dari lubang selokan. Jadi air tidak masuk dari jalan ke pasar seperti banjir yang biasa terjadi. Mestinya lubang selokan itu untuk membuang air dari atas, ini malah mengeluarkan air sehingga membuat banjir," katanya, saat dihubungi, Sabtu (15/2/2020).

Satu hal yang bisa disimpulkan Budi adalah saluran air di bawah itu tertutup atau tersumbat. Saluran air yang seharusnya menjadi jalan untuk mengalirkan air menuju saluran induk, kemungkinan penuh. Jadi, air dari kawasan utara tidak bisa mengalir ke selatan.

"Akhirnya air meluap lewat lubang selokan, dan masuk ke Pasar Beringharjo. Itu diagnosa saya," jelas akademisi yang menyelesaikan program doktornya di Institute Nationale Polytechnique de Grenoble, Perancis tersebut.

Hal serupa, menurutnya juga terjadi di Kotabaru Jogja. Menurutnya, air mestinya turun ke Kali Code yang ada di sebelahnya dan elevasinya lebih rendah. Jadi jika air tidak mengalir, pasti ada saluran yang tertutup.

Oleh karenanya, ia mempertanyakan bagaimana pemeliharaan saluran-saluran tersebut. Ia menduga, saluran air di tepi jalan telah menjadi tempat membuang sampah oleh pedagang kaki lima (PKL) di pinggir jalan.

"Coba lihat di UGM, di Jalan Kaliurang, di bawah warung PKL itu ada yang melubangi jalan untuk membuang sampah ke selokan. Mereka pikir ketika hujan turun, maka sampah mereka akan digelontor air hujan. Yang terjadi, ketika air yang mengalir hanya sedikit-sedikit, sampah malah jadi mengumpul, apalagi sampah lemak-lemak makanan," jelasnya.

Untuk solusinya, Budi kemudian berpesan agar setiap menjelang musim hujan tiba, maka saluran air harus dibuka dan dibersihkan. Ia mencontohkan program Selasa Wage di Malioboro, bisa dimanfaatkan untuk membersihkan selokan dari sampah-sampah PKL.

Ia menambahkan berdasarkan dugaannya, hujan yang terjadi di Jogja saat ini masih dalam taraf normal, sehingga air yang sampai ke tanah mestinya masih bisa diterima oleh saluran-saluran yang telah dipersiapkan untuk menampungnya.

"Namun itu dugaan saya, meski bisa saja, hujannya terlalu besar, sehingga air memang tidak tertampung di selokan, sehingga menyebabkan banjir," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Jogjapolitan | 9 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hari Warisan Dunia Tekankan Peran Anak Muda sebagai Pelestari Warisan Budaya Berkelanjutan

News
| Kamis, 18 April 2024, 23:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement