Advertisement

Promo November

Ini Alasan Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Tak Lakukan Survei Sebelum Susur Sungai Sempor

Newswire
Minggu, 23 Februari 2020 - 06:17 WIB
Bhekti Suryani
Ini Alasan Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Tak Lakukan Survei Sebelum Susur Sungai Sempor Warga berdatangan ke Sungai Sempor. di Turi, Sleman lokasi tenggelamnya siswa SMPN 1 Turi, Jumat (21/2/2020).-Harian Jogja - Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Penyelidikan polisi menemukan pembina pramuka SMPN 1 Turi tak melakukan survei sebelum mengajak ratusan siswa sekolah itu susur Sungai Sempor.

Sebanyak 13 orang telah diperiksa dan 1 orang pembina Pramuka telah ditetapkan sebagai tersangka dalam tragedi susur Sungai Sempor yang mengakibatkan 8 orang siswi SMP N 1 Turi meninggal dunia dan 2 lainnya masih dalam pencarian petugas SAR Gabungan.

Advertisement

Dari hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan oleh polisi, ditemukan beberapa fakta dalam peristiwa mengenaskan tersebut. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa terjadi kelalaian dalam tragedi susur Sungai Sempor tersebut.

Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto menuturkan, lokasi susur sungai tersebut sebetulnya merupakan kawasan desa Wisata Lembah Sempor. Di kawasan wisata ini ada beberapa wahana yang ditawarkan oleh pengelola kepada wisatawan. Di antaranya seperti wahana bermain air, spot foto, dan juga susur sungai.

"Jadi lokasinya memang juga sering digunakan sebagai tempat susur sungai," ujarnya, Sabtu (22/2/2020), di Puskesmas I Turi.

Memang, kata Yuli, susur Sungai Sempor lebih banyak ditawarkan kepada wisatawan, dan jika wisatawan menghendaki, maka akan dibuat kesepakatan kapan pelaksanaan susur sungai tersebut. Biasanya, sebelum acara susur sungai dimulai, pihak pengelola akan mengajak perwakilan wisatawan untuk melakukan survei terlebih dahulu.

Menurut Yuli, dalam susur sungai yang dilakukan oleh siswa SMP N I Turi, para pembina mengaku memang tidak melakukan survei terlebih dahulu. Beberapa alasan dikemukakan kenapa mereka tidak melakukan survei sebelum melaksanakan susur sungai tersebut.

Yuli menyebutkan, tidak ada survei terlebih dahulu sebelum susur sungai karena salah satu dari 7 pembina Pramuka dalam kegiatan tersebut merupakan warga setempat sekaligus salah satu penggerak desa wisata di kawasan susur sungai tersebut.

"Karenanya dianggap mengetahui persis lokasi susur sungai," terangnya.

Di samping itu, sebagian besar siswa yang ikut susur sungai tersebut adalah anak-anak di sekitar Sungai Sempor, sehingga pembina menganggap siswa-siswa tersebut mengetahui seluk beluk Sungai Sempor.

Namun, panitia tidak berpikiran bahwa anak-anak yang turut serta dalam susur sungai tersebut masih berusia sangat muda, sehingga belum memiliki kemampuan atau keterampilan mumpuni dalam menghadapi peristiwa tak terduga. Panitia juga tidak memperkirakan apakah para siswa tersebut bisa berenang atau tidak.

"Dan ini akibatnya memang fatal. Seperti yang sudah terjadi," kata Yuli.

Kegiatan susur sungai tersebut juga tidak dikoordinasikan dengan pengelola desa wisata di kawasan tersebut. Jika sebelumnya sudah dikoordinasikan, maka tentunya pengelola wisata kawasan tersebut akan melakukan pendampingan dan faktor keselamatan akan lebih diperhatikan.

Ketika susur sungai dikoordinasikan, lanjut Yuli, tentu saja para peserta akan mengenakan pakaian yang lebih aman dan juga dilengkapi pelampung ataupun helm sebagai pelindung kepala. Pakaian yang dikenakan juga akan disesuaikan dengan arahan, bukannya mengenakan rok panjang seperti yang dipakai oleh para korban meninggal dunia.

Pada awalnya, memang saat siswa turun ke sungai, kondisi debit air masih kecil, hanya sekitar 0,5 meter. Namun kemudian ketika sebagian besar siswa berada di dalam sungai, tiba-tiba saja air yang deras datang dari atas karena di hulu sungai tersebut hujan deras.

"Nah air bah tersebut membawa endapan lumpur sehingga daya dorongnya semakin kuat," terang Yuli.

Jarak antara titik awal susur sungai dengan titik finish sekitar 2 kilometer, dan saat air bah datang, tambah Yuli, sebenarnya sudah ada siswa yang sampai ke garis finish. Jadi, tidak semua siswa yang ikut susur Sungai Sempor tersebut terkena air bah.

"Ada sekitar sepertiga dari 249 siswa yang ikut susur sungai sudah di atas atau sudah mencapai garis finish," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat

News
| Sabtu, 23 November 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement