Advertisement

Tragedi Sungai Sempor: Diteror & Diancam, Istri dan Anak Guru SMPN 1 Turi Mengungsi & Stres Berat

Abdul Hamied Razak
Selasa, 25 Februari 2020 - 21:52 WIB
Budi Cahyana
Tragedi Sungai Sempor: Diteror & Diancam, Istri dan Anak Guru SMPN 1 Turi Mengungsi & Stres Berat Anggota TNI AL menyelam untuk mencari korban hanyut akibat susur sungai di aliran Sungai Sempor, Mantaran, Trimulyo, Sleman, Sabtu (22/02/2020). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Tragedi Sungai Sempor merenggut ketenangan istri dan kedua anak Isfan Yoppi Andrian, guru dan pembina Pramuka SMPN 1 Turi yang menjadi tersangka karena dugaan kelalaian. Mereka menutup diri dan mengungsi karena serangan dari warganet yang secara sembrono menumpahkan caci maki dan hujatan di medsos.

Rumah bercat krem di Caturharjo, Sleman, terlihat sepi. Pagar besi yang biasanya terbuka kini digembok dari dalam. Di rumah itu, Isfan tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Keluarga kecil itu tidak lagi terlihat di rumah sejak peristiwa susur Sungai Sempor viral di jagat maya.

Advertisement

Kakak ipar Isfan, Ria Asti Nugroho yang tinggal tidak jauh dari rumah itu mengatakan sudah lima hari ini adiknya, R, 26, lebih banyak mengurung diri di kamar. R dan kedua putrinya, K,6 dan G,5 sudah diungsikan ke rumah yang mereka anggap aman.

“Ini karena trauma berat yang dialami R dan anaknya,” ucap Ria.

Ria menjadi guru SMA dan menetap di Melawi, Kalimantan Barat. Dia pulang sebentar ke Sleman untuk menjenguk keluarga. Sebelum pindah ke SMPN 1 Turi pada 2014, Isfan juga mengajar di Melawi selama lima tahun. Menurut Ria, Isfan sosok yang supel dan bertanggung jawab.

“Makanya, banyak juga dukungan dari mantan siswanya di sana, dan guru-guru yang selama ini mengenalnya. Mereka tak menyangka musibah ini terjadi,” ujar Ria sambil menunjukkan pesan Whatsapp dari sejumlah koleganya untuk Isfan.

Sejak tragedi susur Sungai Sempor, Jumat (21/2/2020), akun medsos Isfan dan istrinya mulai diserang para netizen. Mereka menghardik, mengumpat, meneror dan meluapkan emosi di kolom komentar akun Isfan dengan kemarahan dan kata-kata kasar. Tidak sedikit netizen yang mengirim pesan langsung dengan bahasa menyakitkan.

Isfan bahkan menjadi korban doxing. Foto dan nomor ponselnya disebar di medsos dan aplikasi perpesanan, disebut sebagai buronan.Banyak yang mencari dan mengancam keluarga Isfan dan mengecapnya sebagai pembunuh.

R tentu sangat terpukul.

“Dampak bulliyan [perundungan] netizen sangat luar biasa kepada istri dan anak-anak Yoppi [panggilan Isfan]. Istrinya sampai saat ini trauma, psikologisnya sangat terganggu,” kata Ria.

Saking khawatirnya melihat kondisi sang adik, Ria meminta pendampingan dari psikolog Puskesmas dan UGM. Meskipun sudah dikunjungi psikolog di rumahnya, kondisi mental R belum membaik.

“Kalau tidak dipaksa, dia tidak mau makan. Kami yang akhirnya mengurus anak-anaknya karena keluarga ini harus tetap bertahan,” ujar Ria.

K dan G yang masih kecil pun tak luput dari ancaman. Sabtu (22/2/2020) kemarin atau sehari setelah peristiwa Sungai Sempor, keduanya tidak masuk sekolah. “Baru Senin [24/2/2020] kemarin saya antar mereka ke sekolah. HP keduanya juga saya minta agar tidak membuka akun medsos. Bahkan mereka saya minta tidak menonton televisi,” katanya.

Ria meminta agar sekolah memberikan pengertian agar teman-teman K dan G tidak melakukan perundungan, apalagi K sebentar lagi akan menghadapi ujian sekolah.

“K dan G sering ditanyai teman-temannya perihal ayahnya. Kasihan mereka tidak tahu apa-apa, tetapi ayahnya dituding sebagai pembunuh, buronan.”

Untungnya, keluarga Isfan tinggal di lingkungan yang pengertian. Warga dusun tempat mereka tinggal bertekad menjaga keluarga ini. “Setiap malam warga berjaga di depan rumah. Warga tahu sebenarnya keseharian keluarga ini,” ucap Ria.

Isfan yang ditetapkan sebagai tersangka karena dugaan kelalaian dalam tewasnya 10 siswa SMPN 1 Turi sebenarnya tak lepas tanggung jawab.

Agus Riyanto, kerabat Isfan, mengatakan saat siswa-siswa SMPN 1 Turi hanyut, Isfan memang tidak berada di Sungai Sempor. “Tetapi begitu mengetahui ada peristiwa itu, Yoppi langsung kembali ke sungai. Dia juga menyelamatkan enam siswa dari sungai. Jadi bukan melarikan diri.”

Isfan juga mengikuti proses evakuasi ke Rumah Sakit SWA. “Dia mengurus bidang kesiswaan jadi sangat dekat dengan anak-anak. Ini bukan pertama kali dia mengurus ini,” kata Agus.

Keluarga Isfan kini menyerahkan penyelasaian masalah ini kepada polisi sembari mendatangi masing-masing keluarga korban yang meninggal dunia.

“Biarlah proses hukum ini berjalan, tetapi jangan serang istri dan anak-anaknya. Kasihan mereka,” pinta Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement