Advertisement

Guru Besar UGM Ciptakan Alat Rapid Test Virus Corona

Lajeng Padmaratri
Jum'at, 22 Mei 2020 - 19:17 WIB
Bhekti Suryani
Guru Besar UGM Ciptakan Alat Rapid Test Virus Corona Foto ilustrasi. - ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) Prof Sofia Mubarika Haryana memimpin inovasi pembuatan uji diagnosis cepat atau rapid diagnostic test (RDT) untuk mendeteksi immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG) yang diproduksi tubuh untuk melawan Covid-19.

Menurut Rika, sapaan akrabnya, alat RDT ini diberi nama RI-GHA 19 dan sudah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei lalu. Karya anak bangsa ini diinisiasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan melibatkan Rika dan beberapa peneliti Indonesia untuk bergabung melakukan riset dalam usaha penanganan Covid-19.

Advertisement

"Kebetulan penelitian saya sebelumnya adalah mengenai virus yang terkait dengan kanker, yaitu Epstein-Barr Virus (EBV). Saya juga mempelajari bidang imunologi dan biologi molekular, sehingga saya bersedia bergabung," ungkap Rika, Jumat (22/5/2020).

Dalam perkembangannya, terdapat enam bidang inovasi penelitian yang menjadi fokus BPPT, salah satunya adalah RDT. Rika yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman untuk membuat RDT untuk EBV pada pasien dengan kanker nasofaring, kemudian memilih bergabung melakukan inovasi penelitian RDT.

Ia juga menggandeng peneliti lain, yaitu ahli virologi UGM, Prof Tri Wibawa; peneliti Laboratorium Hepatika Mataram, NTB, Prof. dr. Mulyanto; ahli virologi, Prof. drh. Fedik Abdul Rantam; dan guru besar Universitas Airlangga Prof. dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa. Dari kolaborasi tim tersebut, produk RDT ini diberi nama RI-GHA yang merupakan kepanjangan dari Republik Indonesia – Gadjah Mada – Hepatika – Airlangga.

Dikatakan Rika, proses pengujian menggunakan serum positif Covid-19 yang diperoleh dari Balitbangkes Kemenkes. “Setelah hasil yang diperoleh positif, kemudian kami juga melakukan uji banding dengan produk komersial," katanya.

Ia menemukan fakta bahwa ternyata produk RDT komersial yang beredar mendeteksi total immunoglobulin, sehingga tidak spesifik. "Tidak seperti total IgM atau IgG yang kami kembangkan," ujarnya.

Menurutnya, dari keseluruhan produksi dengan jumlah terbatas 10.000 tes, sebanyak 4.000 tes akan diserahkan untuk dilakukan uji validasi untuk mendapatkan seberapa tinggi akurasinya di masyarakat. Alat ini akan diserahkan untuk diuji validasinya di RSUP Dr. Sardjito, RSA UGM, RSUD Jogja, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RSUD Dr. Moewardi Solo, RSUD Dr. Soetomo, dan RS UNAIR.

Rika mengatakan RDT ini selain dapat digunakan untuk skrining, juga dapat digunakan untuk memonitor orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), serta post infeksi. "Semoga hasil uji validitas bagus dan akurasinya tinggi, sehingga dapat digunakan untuk skrining masal di masyarakat," katanya

Baginya, selain biayanya murah, RDT ini memiliki kelebihan dapat mendeteksi dengan cepat selama 5-10 menit, memiliki sensitivitas tinggi, serta sangat spesifik. Terlebih, RDT ini dapat dilakukan di mana saja, seperti jalan, sekolah, pasar, stasiun, bandara, dan lainnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Warga Jepang Gugat Pemerintah Soal Evek Samping Vaksin Covid-19

News
| Kamis, 18 April 2024, 08:57 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement