Advertisement

Promo November

Melintas di Sleman, Sesar Mataram Potensial Pemicu Gempa Sedang Diteliti BMKG

Newswire
Selasa, 21 Februari 2023 - 18:17 WIB
Bhekti Suryani
Melintas di Sleman, Sesar Mataram Potensial Pemicu Gempa Sedang Diteliti BMKG Foto ilustrasi. - Antara Foto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunggu hasil kajian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta terkait keberadaan sesar aktif baru bernama Sesar Mataram yang diklaim seorang peneliti berada di Kabupaten Sleman.

Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Lilik Andi Aryanto saat dihubungi di Jogja, Selasa (21/2/2023), mengatakan telah berkoordinasi dengan Stasiun Geofisika Kelas I Sleman pada pekan lalu terkait kemungkinan adanya Sesar Mataram.

Advertisement

"Kami secara resmi memang menunggu instansi yang kompeten dalam hal ini BMKG, kemudian dari segi peningkatan kapasitas masyarakat kami secara terus menerus menyampaikan bahwa di Yogyakarta ini banyak potensi ancaman bencana di antaranya gempa bumi, dan longsor," katanyaa.

BACA JUGA: Cak Imin soal Capres-Cawapres: Semua Masih Menunggu Kartu Lawan

Sebelumnya, seperti disiarkan pada laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Danny Hilman Natawidjaja menyebut adanya sesar aktif baru bernama Sesar Mataram di wilayah Yogyakarta.

Hal itu disampaikan Danny dalam acara lokakarya nasional "Perkembangan Terkini Pemutakhiran Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia" secara hybrid di Jakarta, pada 29-30 November 2022, mengacu data Pemutakhiran Sesar Aktif yang telah dilakukan BRIN di wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara dan Kalimantan.

Meski belum ada studi yang lebih rinci, kata dia, Sesar Mataram terlihat berasosiasi dengan "opset stream" berdasarkan studi survei geolistrik dan pemetaan berdasarkan morfologi.

Ia mengatakan hasil studi terkait sesar aktif tersebut masih membutuhkan pendalaman dari BMKG.

Menurut dia hasil kajian dari BMKG akan menjadi dasar BPBD DIY untuk menyusun peta risiko bencana gempa bumi yang baru apabila Sesar Mataram telah dipastikan berada di wilayah Sleman.

"Akan kami buat di mana saja titik rawan bencana gempa bumi. Jadi nanti akan muncul peta risiko kalau memang ada ancaman di situ," katanya.

Menurut dia, terlepas dari ada atau tidak adanya sesar baru tersebut, BPBD DIY terus mengedukasi masyarakat agar mampu melakukan mitigasi bencana secara mandiri, termasuk longsor dan gempa bumi.

Selain itu, katanya, BPBD kabupaten/kota juga telah menggencarkan pembentukan desa tangguh bencana (Destana), kalurahan/kelurahan tangguh bencana (Kaltana) dan satuan pendidikan aman bencana (SPAB) di seluruh DIY.

Sementara itu, staf Stasiun Geofisika Kelas I Sleman Ayu K. Ekarsti mengatakan hingga saat ini BMKG belum bisa mengklaim keberadaan Sesar Mataram tersebut.

BMKG, kata dia, juga belum bisa menyatakan bahwa sesar tersebut berbahaya atau tergolong sesar aktif.

Alasannya, berdasarkan monitoring atau pengamatan BMKG, kata dia, sampai saat ini di lokasi sesar yang keberadaanya diklaim oleh peneliti tersebut belum dijumpai adanya aktivitas kegempaan.

Menurut dia, dapat dinyatakan keberadaan sesar aktif apabila pernah terjadi gempa bumi di daerah tersebut.

"Untuk dapat memutuskan validitasnya diperlukan penelitian lanjut yang melibatkan berbagai metode dari banyak disiplin ilmu seperti geofisika, geologi, maupun geodesi," kata Ayu seraya meminta masyarakat tidak resah dengan hasil studi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat

News
| Sabtu, 23 November 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement