Advertisement
Pemerataan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem Zonasi di DIY Perlu Waktu
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemerintah pusat mewacanakan penghapusan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Menanggapi wacana sistem zonasi dihapus Kepala Disdikpora DIY, Didik Wardaya, mengatakan jika sistem zonasi di DIY sudah cukup mapan.
Menurutnya, sistem zonasi di DIY sudah berjalan relatif baik, terlihat dengan tidak timbulnya permasalahan yang signifikan selama pelaksanaannya. Walau demikian bukan berarti sistem zonasi tidak perlu dievaluasi. Apalagi saat ini ada wacana sistem zonasi dihapus.
Advertisement
“Yang harus kita benahi adalah bagaimana prakteknya tidak terjadi upaya yang cenderung menyalahi regulasi,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (10/8/2023).
BACA JUGA: Jokowi Sebut Pemerintah Pertimbangkan Hapus Zonasi dalam PPDB
Selain itu, sistem zonasi juga perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. Hal ini disebabkan saat ini sekolah belum tersebar merata di setiap daerah. “Sekolah itu letaknya tidak merata, baik dari jarak maupun dari kecamatannya,” katanya.
Jika sistem zonasi murni menggunakan jarak, maka anak yang rumahnya jauh dari sekolah tidak bisa masuk. “Kalau tidak ada modifikasi tidak masuk, tidak mendapat kesempatan mendapatkan sekolah yang diselenggarakan pemerintah terutama,” ungkapnya.
Sementara jika menggunakan sistem sebelumnya, yakni basis nilai murni, membuat tidak meratanya bibit siswa. “Akan terjadinya penumpukan bibit-bibit calon siswa tidak merata lagi, jadi homogen lagi di tiap-tiap sekolah,” paparnya.
Cita-cita sistem zonasi yakni pemerataan kualitas pendidikan. Menurutnya, untuk mencapai cita-cita tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. “Pemerataan kulaitas pendidikan itu dimulai dengan pemerataan input dulu, kemudian bagaimana mengupayakan proses pembelajaran kualitasnya juga merata. Lalu sarana-prasarana juga demikian,” kata dia.
Ia melihat di DIY, dengan sistem zonasi pemerataan input calon siswa sudah terjadi. Kemudian untuk pemerataan proses pembelajaran dengan kualitas guru menurutnya juga sudah relatif merata. “Kemudian sarana-prasarananya bagaiaman kita untuk memenuhi sarana-prasarana masing-masing sekolah,” ujarnya.
Sekolah-sekolah yang sempat menjadi sekolah favorit, menurutnya juga membutuhkan waktu lama untuk bisa menjadi sekolah favorit. “Prosesnya panjang, keterlibatan orang tua, ikut berperan membantu keterpenuhan pendidikan karena anaknya ada di situ, itu kan proses panjang,” katanya.
Jika sistem zonasi dihapus, maka sekolah-sekolah yang dulunya biasa saja namun sekarang mendapat input yang bagus dengan proses pembelajaran akan kembali lagi ke titik awal. “Guru sudah bisa memetakan potensi di kelas akan berubah lagi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puluhan Siswa di Sukoharjo Keracunan Menu MBG, Badan Gizi Nasional Ganti Menu
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- Pengajian dan Selawat Tutup Kegiatan PKL di Dlingo Bantul
- Layanan SIM Keliling di Jogja Tersedia di Puro Pakualaman dan Balai Kota pada Kamis 16 Januari 2025
- Teman Bus Dihapus dan Diganti Trans Jogja, Cek Rute dan Jalur Lengkapnya di Sini!
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 16 Januari 2025, Jokowi Bertemu Sultan Jogja, Makan Bergizi Gratis, Tol Jogja-Solo, Undian PKL Teras Malioboro
- Tahun Ini Pemkot Gandeng 24 LBH untuk Bantuan Hukum Gratis bagi Warga Miskin
Advertisement
Advertisement