Advertisement
Pacitan Sering Dilanda Gempa, Begini Penjelasan Pakar UGM

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Belakangan ini gempa bumi sering melanda wilayah pantai Selatan Jawa seperti Pacitan Jawa Timur maupun DI Yogyakarta.
Terbaru, wilayah Pacitan dilanda dua kali gempabumi tektonik dalam kurun waktu lima jam. Gempabumi tektonik Magnitudo 5 terjadi di wilayah perairan Selatan Pacitan, Sabtu (19/8/2023) pukul 01.29.15 WIB. Sebelumnya, wilayah ini juga terjadi gempa bumi tektonik Magnitudo 4,9 pada Jumat (18/8/2023) pukul 20:41:06 WIB.
Advertisement
Aktivitaa gempa tersebut belum termasuk gempa dengan skala magnitudo kecil antara 1-3. Hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat, mengapa Pacitan sering dilanda gempa?
Dalam salah satu rilis di ugm.ac.id, peneliti dari Departemen Teknik Geologi UGM, Gayatri Indah Marliyani menjelaskan alasannya. Menurut Staf Ahli Pusat Studi Bencana UGM ini, di selatan Pacitan sering terjadi gempa akibat sesar-sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.
Gempa-gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur. Jika dilihat dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), terlihat bahwa cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan di selatan DIY.
BACA JUGA: Gempabumi Magnitudo 5 Landa Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami
Kondisi ini mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan, ada tekanan yang lebih kuat. Hal ini diakibatkan oleh adanya morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini, yang bisa diamati dengan baik dari data batimetri.
Keberadaan morfologi-morfologi yang tinggi ini menjadi ‘ganjalan’ dari proses subduksi yang terjadi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan. Energi yang tertahan ini kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yg ditandai oleh peristiwa gempa bumi.
Seringnya, lanjut dia, gempa berskala kecil (M5-6) di daerah ini sebenarnya bisa jadi merupakan pertanda baik, bahwa energi yang tertahan dilepaskan secara bertahap.
“Akan tetapi, untuk mengetahui berapa sebenarnya energi yang masih tersimpan dan yang sudah dilepaskan, harus terus dilakukan penelitian secara seksama dan terus menerus,” jelasnya dikutip dari laman ugm.ac.id, Sabtu (19/8/2023)
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menerangkan, gempabumi yang terjadi pads Sabtu (19/8/2023) dini hari di Pacitan, kalau memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar dasar laut.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike-slip," ungkap Daryono. Hingga pukul 01.50 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan atau aftershock.
Masyarakat, lanjutnya, diiimbau untuk tidak panik, mengikuti imbauan yang berwenang dan tidak termakan oleh isu-isu menyesatkan dari sumber yang tidak jelas. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk terus meningkatkan kesadaran tinggal di daerah rawan gempa bumi sehingga pengetahuan-pengetahuan mengenai kondisi daerah tempat tinggal perlu dipahami dengan baik, untuk mengetahui adanya ancaman bahaya yang mungkin terjadi dan mengantisipasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Merespons Ancaman Tarif Trump, China: Ini Pemaksaan Ekonomi
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Langit Jogja dan Sekitarnya Hari Ini Diprediksi Cerah Siang-Malam
- Klasemen Sementara Porda DIY 2025, Bantul Masih Posisi Kedua
- Harga Tiket Trans Jogja Diskon 10 Persen hingga 31 Desember 2025
- Dimas Diajeng Bantul 2025 Didorong Promosikan Pariwisata Potensial
- Pemkab Kulonprogo Open Bidding Kepala Dinkes dan Kepala Dinsos, Ini Jadwal dan Syaratnya
Advertisement
Advertisement