Advertisement
Gali Keunikan Ekraf dan Dalami Pemasaran Digital, Dispar DIY Gelar Workshop Unique Selling,
Advertisement
JOGJA—Dinas Pariwisata (Dispar) DIY menggelar lokakarya Unique Selling Point Ekonomi Kreatif di Balai RW 11 Pandeyan, Umbulharjo, Kota Jogja, Kamis (7/12/2023). Belasan pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di lingkup Kelurahan Pandeyan turut mengikuti gelaran tersebut.
Lokakarya yang penyelenggaraannya didanai oleh Dana Keistimewaan (Danais) 2023 tersebut dilaksanakan untuk mengajak pelaku ekraf menggali keunikan pada setiap potensi yang ada.
Advertisement
Kabid Ekonomi Kreatif Dispar DIY, Fitri Dyah Wahyuni menuturkan pariwisata dan ekraf merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan.
Saat sektor pariwisata hidup, maka akan turut memberikan multiplier effect pada sektor ekraf. Misalnya, berdampak pada sektor perhotelan, restoran, hingga oleh-oleh. Secara keseluruhan, ekraf terbagi menjadi 17 subsektor.
Kelurahan Pandeyan, menurut Fitri, telah menjalankan beberapa subsektor ekraf, mulai dari kuliner, fesyen, hingga kerajinan. "Harapannya, adanya ekonomi kreatif bisa menjadi tulang punggung untuk perekonomian, menggerakkan perekonomian," katanya saat ditemui di Balai RW 11 Pandeyan, Umbulharjo, Kota Jogja, Kamis.
Fitri menambahkan, kebanyakan pelaku usaha kuliner telah memiliki merek dan terdaftar halal tetapi belum terdaftar dalam HAKI.
Padahal, merek dan label punya peranan penting dalam mewujudkan uniqe selling. Ini juga penting agar konsumen lebih mudah mengingat nama produk yang dijual. "Untuk pariwisata kan ada Sapta Pesona juga, salah satunya kenangan. Misalnya, konsumen mencicipi salah satu kuliner ternyata enak. Pasti yang akan dicari adalah mereknya," katanya.
Anggota Komisi B DPRD DIY, RB Dwi Wahyu menuturkan sejauh ini Kota Jogja punya banyak potensi.
Hanya saja tak pernah terkonsolidasi dan terkonsep dalam perspektif pariwisata. Untuk itu, keunikan dari masing-masing potensi itu perlu digali.
BACA JUGA: Dinas Pariwisata Sleman Mewadahi Produk Ekraf lewat Creative Week
Di sisi lain, sektor ekonomi kreatif juga masih menemui sejumlah kendala. Misalnya, pada proses menjangkau pasar yang lebih luas. Ini lantaran keterbatasan keterampilan pemasaran digital yang dimiliki oleh para pelaku ekonomi kreatif khususnya pelaku UMKM.
Menurutnya, soal produksi dan menciptakan produk yang berkualitas bukan menjadi masalah. Namun, sulit ketika harus menjangkau pasar yang luas. Untuk itu, menurut Dwi perlu adanya kolaborasi. Utamanya dengan para generasi muda untuk melakukan pemasaran secara digital.
"Anak muda dan kaum UMKM yang mayoritas lansia tidak pernah klop. Saya ingin ada yang produksi, ada yang memasarkan lewat digital. Sampai kepada mereka membuatkan film pendeknya, menarasikan produknya di dalam packaging, mengunggah ke digital, live shopping," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Terjunkan 40 Petugas, DLH Solo Bersihkan Tempat Nobar Timnas sampai Dini Hari
- 50 Caleg Terpilih Ditetapkan, DPC PDIP Klaten Tunggu Arahan DPD soal KomandanTe
- UKSW Halalbihalal dengan Kepsek dan Guru BK, Jaga Silaturahmi & Kolaborasi
- Jalak Putih, Hewan Hampir Punah Khas Wonogiri Jadi Maskot Pilkada 2024
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari
Advertisement
Berita Populer
- Sultan Minta Lalu Lintas Penerbangan Bandara YIA Ditambah, Ini Alasannya
- Kepala BKKBN: Remaja Butuh Sex Education, Bukan Tentang Hubungan Seksual Tapi Soal Reproduksi Sehat
- Dibutuhkan Masyarakat, Warung Madura Diminta Tetap Buka 24 Jam
- Warga Rejowinangun Peroleh Pelatihan Kuliner
- Dua TPS 3R Belum Beroperasi, Sampah di Kota Jogja Diolah Swasta Pakai Sistem Tipping Fee
Advertisement
Advertisement