Advertisement
BPBD DIY Perbarui Peta Bencana, Imogiri Kini Masuk Zona Rawan Banjir

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memperbarui peta rawan bencana hidrometeorologi jelang musim hujan 2025. Sejumlah wilayah mengalami perubahan status kerawanan, termasuk Imogiri yang kini ditetapkan masuk zona rawan banjir.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad saat dihubungi di Jogja, mengatakan pembaruan peta risiko dilakukan berdasarkan kejadian bencana pada 2024.
Advertisement
"Kalau dalam peta sebelumnya, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul tidak termasuk rawan banjir. Namun, setelah kejadian 2024, tentu saja tahun 2025 ini masuk peta rawan banjir," ujar dia, Rabu (10/9/2025).
Menurut dia, perubahan juga terjadi di wilayah rawan longsor di Sleman. Jika sebelumnya hanya dipetakan di kawasan utara, kini daerah Kecamatan Prambanan dan Kalasan juga masuk kategori rawan setelah mengalami longsor pada 2024. "Hal itu juga terkait dengan risiko bencana longsor di lokasi-lokasi tersebut," kata Noviar.
Ia menambahkan, untuk wilayah Kota Jogja relatif tetap, dengan potensi risiko hanya berupa banjir kiriman dari utara saat hujan lebat. Luapan Kali Code, Kali Gajah Wong, dan sungai-sungai lain yang melewati kota masih menjadi perhatian utama.
Selain pemetaan, lanjut Noviar, BPBD DIY juga menyiagakan forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di tingkat kelurahan agar cepat merespons jika terjadi keadaan darurat.
BACA JUGA: KPK Segera Umumkan Tersangka Korupsi Kuota Haji
Menurut dia, laporan warga ihwal kejadian bencana dapat disampaikan melalui aplikasi Pamor dan ditindaklanjuti oleh relawan maupun forum PRB terdekat.
"Mereka akan langsung memantau, dan apabila ada kejadian, segera dilakukan penanganan," ujar Noviar.
Noviar menyebut ancaman utama saat musim hujan adalah bencana longsor, banjir, serta cuaca ekstrem.
Banjir, kata dia, bahkan bisa muncul di luar peta rawan apabila ada penyumbatan aliran sungai akibat perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
"Kalau cuaca ekstrem itu terkait angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang dan merusak perumahan maupun fasilitas umum seperti tiang listrik, telepon, dan jaringan Internet," katanya.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan laut, curah hujan pada periode September-November 2025 diprakirakan berada pada kategori Atas Normal (AN) atau lebih tinggi dari rata-rata tahunan.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas menyebutkan musim hujan akan masuk secara bertahap mulai September, dengan puncak intensitas pada Oktober-November 2025.
"Curah hujan diprakirakan terus meningkat pada Oktober hingga November, dengan potensi hujan tinggi hingga lebih dari 500 mm di beberapa wilayah. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir, longsor, dan genangan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement