Advertisement
Hari Ini, Fosil Temuan di Cangkringan Diteliti
Advertisement
[caption id="attachment_404969" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/05/10/hari-ini-fosil-temuan-di-cangkringan-diteliti-404968/fosil-ilustrasi-reuters" rel="attachment wp-att-404969">http://images.harianjogja.com/2013/05/fosil-ilustrasi-reuters-370x256.jpg" alt="" width="370" height="256" /> Foto Ilustrasi Fosil
JIBI/Harian Jogja/Reuters[/caption]
SLEMAN—Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogja gagal mendatangkan peneliti Sangiran untuk meneliti fosil yang diduga sebagai tulang binatang purba yang ditemukan di Kali Opak di dekat hunian tetap (Huntap) Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.
Advertisement
Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, BPCB Jogja, Wahyu Astuti mengatakan, pihaknya menggunakan dua peneliti yang juga ahli arkeologi dari internal BPCB serta arkeolog dari UGM untuk meneliti temuan fosil.
"Awalnya mau menggunakan peneliti sana [Sangiran], tetapi prosesnya lama karena harus menggunakan surat dan sebagainya," terangnya saat dihubungi Harian Jogja, Kamis (9/5).
Tulang yang diduga fosil binatang purba di temukan di Kali Opak beberapa waktu lalu, oleh seorang penghuni Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, bernama Subur, 45. Dia menemukan fosil saat menebang pohon bambu di sekitar sungai. Fosil yang sudah menjadi batu itu berukuran panjang sekitar 50 cm dengan lebar 45 cm dengan ketebalan mencapai 20 cm.
Wahyu menambahkan pihaknya sudah mengamankan fosil tersebut beberapa hari setelah ditemukan. Meski demikian sampai saat ini belum bisa memastikan secara rinci biodata fosil tersebut, termasuk jenis hewan, umur dan juga bagian tubuh dalam anatomi makhluk hidupnya. Hanya saja berdasarkan bentuknya yang tebal, bisa dipastikan bahwa itu termasuk fosil hewan.
BPCB menjadwalkan Jumat (10/5) hari ini dua arkeolog akan memulai meneliti fosil temuan dengan menggunakan beberapa piranti seperti pendekatan literasi dan lainnya.
Jika dinilai secara materi, temuan di Cangkringan akan memiliki nilai sejarah yang tinggi jika terbukti secara ilmiah ada fosil zaman purba.
Pasalnya Cangkringan bukan termasuk wilayah yang biasa ditemukan fosil seperti Sangiran. Apresiasi dan penghargaan kepada Subur, penemu fosil akan diberikan setelah peneliti mampu memberikan data valid akan fosil tersebut.
Wahyu juga belum bisa memprediksi sampai berapa lama penelitian terhadap fosil tersebut bisa terselesaikan hingga mencapai kesimpulan. Karena tiap fosil memiliki tingkat kerumitan yang berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Lima Darurat! Militer Peru Atasi Kriminalitas dan Demo Gen-Z
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Alokasi Dana Desa 2026 di Kulonprogo Turun, Lurah Harapkan Pokir Dewan
- Lumbung Mataraman Bendung Semin Bakal Dilengkapi Drone Pertanian
- Bantul Siapkan Masa Transisi Menuju Proyek PSEL di 2027
- Jadwal Layanan SIM Corner di Jogja Hari Ini, Kamis 23 Oktober 2025
- Penanganan Kemiskinan di Kota Jogja Harus Sentuh Akar Masalah
Advertisement
Advertisement



