Advertisement

Pesan Menjaga Alam dari Gunung Purba Nglanggeran

Bhekti Suryani
Jum'at, 09 Desember 2016 - 14:20 WIB
Nina Atmasari
Pesan Menjaga Alam dari Gunung Purba Nglanggeran

Advertisement

Sebuah simponi orkestra digelar, menyampaikan pesan melestarikan Gunung Sewu

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Pemerintah DIY bersama ribuan warga Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul merayakan setahun penobatan Gunung Sewu sebagai geopark kelas dunia. Sebuah simponi orkestra digelar, menyampaikan pesan melestarikan Gunung Sewu.

Advertisement

Tembang macapat memecah keheningan gunung api purba, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Rabu (7/12)/2016 malam. Di atas panggung berlatar kemegahan gunung, lima anak muda memainkan gitar, perangkat gamelan, drum, gendang serta laptop. Suara lantang sang vokalis, dentuman drum dan gamelan memukau ribuan penonton yang khidmat mendengarkan tembang berjudul megatruh itu.

Selintas terdengar seperti dendang macapat yang dinyanyikan sinden. Sekilas terdengar seperti musik pop yang menghentak lewat tabuhan drum. Megatruh yang dilantunkan Paksi sebagai vokalis itu menembus batas, tak lagi mengenal mana musik tradisional mana modern. Segalanya menjadi harmoni. Memadukan kekayaan tradisional macapat yang lampau dengan musik kekinian.

“Megatruh ini punya makna. Tembang ini mengingatkan kita sebagai manusia. Kalau kita manusia merusak alam, maka kita akan akan dihancurkan oleh alam itu sendiri,” pemuda berambut ikal itu terdengar tegas saat “berkampanye” di hadapan ribuan penonton yang rela menahan dingin dan gerimis hujan di lereng Gunung Nglanggeran.

Semangat menjaga kekayaan yang lampau itu beriringan dengan tema pentas malam itu. “Simponi Orkestra Menjemput Impian” dalam gelaran Gunung Sewu World Class Geopark Night Specta 2016.

Tak puas hanyut dalam tembang macapat, ribuan penonton kembali riuh. Pelantun “Menjemput Impian” Katon Bagaskara tampil di tengah hujan yang mulai menderas. Puluhan siswa Sekolah Menengah Musik (SMM) Kasihan, Bantul mengiringi lagu yang dibawakan Katon Bagaskara dalam balutan musik orkestra.

Keindahan gunung api purba memukau Katon saat menyanyikan lagu berjudul “Menjemput Impian”. “Saya baru pertama tampil di sini, auranya luar biasa. Gunung kita tercinta ini, gunung purba, ada UNESCO yang menghargai peninggalan yang luar biasa ini,” tutur pentolan grup Kla Project yang mengenakan busana hitam dan merah.

Setahun lalu, merupakan moment bersejarah bagi Indonesia khususnya Gunungkidul. Badan budaya dan pariwisata dunia UNESCO menetapkan kawasan Gunung Sewu sebagai salah satu geoprak atau taman bumi berkelas dunia. Gunungkidul adalah salah satu dari tiga kabupaten yang memiliki taman bumi itu selain Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) dan Pacitan (Jawa Timur).

Ada 13 geosite di Gunungkidul yang merupakan geopark Gunung Sewu. Mulai dari gunung purba berumur jutaan tahun, kawasan karst, pantai hingga hutannya yang fenomenal. “Menjemput impian adalah tema untuk menjadikan geopark Gunung Sewu mendunia,” tutur Bupati Gunungkidul, Badingah, malam itu tampak bersemangat.

Geopark tak hanya memamerkan keindahan alam yang langka, atau kekayaan geologi dan keragaman biologi. Ada keterlibatan manusia di sekitarnya yang berperan penting menjaga peninggalan masa purba itu tetap lestari, tak rusak oleh tangan manusia.

“Serta bagaimana warga di sekitarnya sejahtera dengan keberadaan geopark Gunung Sewu itu,” ujar bupati perempuan satu-satunya di DIY itu.

Manusia berperan penting menjaga dan melestarikan kawasan geopark dari berbagai ancaman seperti industri dan eskploitasi alam yang meraja lela.

“Jangan sampai nanti ada pabrik semen yang merusak kawasan karst. Kami tidak anti tambang, tapi khusus kawasan karst harus dijaga,” kata General Manager Gunung Sewu Budi Martono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement