Advertisement
Demi Bandara Baru, Bupati Hasto Ngaku Ingin Nyuap Tuhan

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO- Acara Nyadran Agung di Alun-Alun Wates, Sabtu (5/5/2018) diwarnai doa untuk kelancaran proyek pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Nyadran adalah ritual doa dengan disertai kirab gunungan yang biasa dilakukan jelang Ramadan.
Advertisement
Nyadran Agung yang dimulai pukul 14.00 WIB itu dihadiri Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, Asisten Keistimewaan Sekretaris Daerah DIY Didik Purwadi serta sejumlah pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Sebanyak 25 gunungan berisi hasil bumi dari 12 kecamatan, dari Pemkab Kulonprogo, BUMN serta BUMD diarak oleh sejumlah bregada. Rombongan kirab bregada itu mengarak gunungan dari depan Gedung DPRD Kulonprogo menuju Alun-Alun Wates untuk diperebutkan oleh ribuan warga yang sudah berkumpul hendak mengikuti Nyadran Agung.
Hasto Wardoyo mengatakan nyadran merupakan acara untuk bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang dilimpahkan kepada warga Kulonprogo.
Nyadran juga bertujuan mendoakan nenek moyang sekaligus menjadi kesempatan bagi warga asli Kulonprogo yang merantau untuk pulang sebentar ke kampung halamannya. "Rezeki dalam berkumpulnya sanak saudara juga wajib kita syukuri dalam nyadran ini," kata Hasto Wardoyo, Sabtu.
Pada momen Nyadran Agung ini, Hasto juga berharap agar warga Kulonprogo turut mendoakan kelancaran pembangunan NYIA agar dapat beroperasi sesuai target. Selain itu warga juga diminta berdoa agar keselamatan dan kesejahteraan bisa diraih setelah bandara baru berdiri.
"Semoga lancar pembangunan bandara, warga penolak [proyek bandara] juga kami carikan hunian sementara," ujar dia.
Sebelum Nyadran Agung, pada Jumat (4/5/2018) juga digelar acara Mujahadah untuk mendoakan kesuksesan proyek bandara.
"Memang kami mohon doa betul, kami tadi malam terus terang kami investasi doa [untuk pembangunan bandara] di Mujahadah. Lebih baik menyuap pada Tuhan melalui doa dari pada lainnya," papar dia.
Salah satu turis asing asal Jerman yang mengikuti kirab gunungan sebagai bregada, Sven, 50 menuturkan mengikuti prosesi Nyadran Agung karena penasaran dengan tradisi adat Mataraman tersebut. Sven sebelumnya pernah melihat prosesi rayahan gunungan di Alun-Alun Utara Kota Jogja. Ia penasaran bagaimana berperan menjadi bregada.
"Saya sebagai warga umum dalam perayaan itu [rebutan gunungan di Kota Jogja], jadi tidak begitu mengerti, saat ini saya menjadi peserta, rasanya cukup menakutkan," ungkap Sven.
Sebagai warga Eropa, acara spiritual seperti ini menurutnya selalu menarik ditonton bahkan untuk diikuti. Menurutnya dinas terkait perlu menjaga tradisi budaya tersebut dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kaki Gunung Semeru Dilanda Hujan Lahar Hujan, Getaran Berlangsung Hingga 4 Jam
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Cacing Hati Ditemukan pada 444 Hewan Kurban di Bantul
- Wajah Pelaku Pembuang Sampah di Ring Road Selatan Bantul Akan Disebar di Medsos
- Kirab Budaya Undhuh-Undhuh Kelurahan Klitren: Bentuk Toleransi Beragama dan Wujud Syukur Warga Klitren Kota Jogja
- Penderita Hipertensi di Gunungkidul Wajib Cek Kesehatan Sebulan Sekali
- Tak Sekadar Touring, HDCI DIY Berkomitmen di Bidang Sosial dan Ekonomi
Advertisement
Advertisement