Advertisement
Sampai Akhir April, Sudah Ada 302 Kasus DBD di Sleman
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Hingga akhir April, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat sudah ada 302 kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Sleman. Dari jumlah tersebut, tidak ada kasus DBD yang meninggal dunia.
“Kalau dibandingkan tahun lalu pada bulan yang sama, tahun ini jumlahnya meningkat,” kata Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Sleman, Dulzaini, Jumat (3/5/2019).
Advertisement
Dia mengatakan peningkatan kasus DBD di Sleman disebabkan adanya siklus DBD empat tahunan. “Di Sleman, sejak 2006, memang ada siklus empat tahunan DBD yang perlu diwaspadai. Dan 2019 ini masuk tahun keempat, peningkatan jumlah kasus tersebut merupakan buktinya,” ucap dia.
Lebih lanjut, kata dia, dari 302 kasus DBD tersebut, Kecamatan Depok dan Kecamatan Gamping merupakan kecamatan terbanyak ditemukannya kasus. “Di musim pancaroba ini juga terjadi cuaca hujan lalu panas, yang membuat adanya genangan air, hal tersebut membuat tempat indukan nyamuk selalu ada,” kata dia.
Sebagai antisipasi, bersama Tim Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD Sleman, kata dia, rutin menggelar pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayah Sleman.
"Kegiatan ini sebagai bagian dari memutus rantai perkembangan nyamuk Aedes aegypti, penular penyakit DBD. Untuk fogging itu dilakukan jika suatu wilayah ada kasus dan terjadi perluasan kasus, maka upaya yang dilakukan adalah fogging," ujar dia.
Selain itu, dinasnya juga terus menambah jumlah kelompok juru pemantau jentik (jumantik) di Bumi Sembada. "Untuk jumantik, kami lebih ke membangun karakter anak, baik dari sekolah maupun desa. Penting adanya edukasi untuk pemberantasan sarang nyamuk sejak dini," ujar dia
Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Djoko Budiyono mengatakan secara umum iklim pada bulan April lalu di wilayah Jogja masuk kategori pancaroba, dimana pancaroba ini potensi terjadinya hujan muncul terutama di siang, sore dan menjelang malam.
“Secara bertahap akan masuk kedalam musim kemarau, diawali dari DIY bagian selatan dan timur, kemudian bagian tengah dan terakhir di bagian utara. semua wilayah diprediksi masul awal kemarau di kisaran Mei,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Bawang Merah di Jogja Masih Stabil Tinggi, Ini Penyebabnya
- Ini Rencana Pemda DIY Setelah TPA Piyungan Ditutup
- Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei
- Tabon Hadirkan Karya Seni Partisipatif, Spiritualitas Islam hingga Isu Sosial
- Pemkot Jogja Gandeng Kantor Pertanahan Dorong Digitalisasi UMKM
Advertisement
Advertisement