Advertisement

Begini Pandangan Warga Keturunan Tionghoa Akan Kehidupan Setelah Kematian

Herlambang Jati Kusumo
Jum'at, 10 Januari 2020 - 05:22 WIB
Mediani Dyah Natalia
Begini Pandangan Warga Keturunan Tionghoa Akan Kehidupan Setelah Kematian Pengurus pemakaman di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Sukamto menunjukkan abu yang disimpan di Jalan IKIP PGRI I Sonosewu, Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Rabu (8/1)./ Harian Jogja - Herlambang Jati Kusumo

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Warga keturunan Tionghoa memiliki berbagai prosesi pemakaman. Upaya ini merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan keyakinan adanya kehidupan selanjutnya setelah meninggal dunia. 

Ketua I Jogja Chinees Arts & Culture Centre (JCACC), Jimmy Sutanto mengatakan pemakaman warga keturunan Tionghoa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat lainnya. Namun ada sejumlah hal yang membedakan. Biasanya hal ini sesuai dengan kepercayaan yang dianut.

Advertisement

Jasad orang Tionghoa yang beragam Buddha, Kristen atau Katolik yang meninggal biasanya ada yang dikubur, tetapi ada juga yang dibakar atau dikremasi.  Untuk jasad yang dikremasi pun ada yang disimpan abunya dan ada yang dilarung ke laut.

Sebelum proses penguburan atau kremasi, jenazah warga keturunan biasanya juga dirias. “Sesuai agama lain, manusia setelah meninggal ada kehidupan lagi sehingga wajah dirias selayaknya orang yang masih hidup, ada yang diberikan bekal hal yang disukai atau sesuatu yang lain sesuai permintaan sebelum meninggal,” kata Jimmy, Rabu (8/1).

 

Tradisi Khusus

Pengurus pemakaman di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Sukamto mengatakan prosesi pemakaman untuk warga keturunan Tionghoa Nasrani maupun Buddha sedikit berbeda. Terutama untuk yang beragama Buddha, biasanya ada prosesi-prosesi tertentu yang dijalani.

“Untuk rias itu agar tidak terlihat pucat. Ya biar selayaknya orang masih hidup. Standar saja biasanya riasnya, kecuali ada permintaan khusus dari keluarga. Ada yang minta pakai arak putih juga saat memandikan, itu bisa membersihkan kuman juga. Tetapi ada juga yang biasa pakai air panas,” ucapnya.

Menurut Sukamto, pada prosesi pemakaman penganut agama Buddha biasanya ada perhitungan tertentu setiap tahap pemakamannya. “Ada juga lempar koin itu, untuk memilih peti yang akan digunakan,” katanya.

Selain dimakamkan biasa di kuburan, ada juga jenazah yang dikremasi. Biasanya hal ini sesuai dengan permintaan keluarga atau pesan orang  tersebut sebelum meninggal. PUKJ pun menyiapkan tempat untuk menaruh abu hasil pembakaran, jika tidak ingin dilarung. Sejumlah benda yang dekat dengan kehidupan orang yang meninggal juga ditata di dekat tempat abu.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement