Advertisement

92 Persen Pasien Corona di Bantul Tak Bergejala

Newswire
Minggu, 02 Agustus 2020 - 22:37 WIB
Bhekti Suryani
92 Persen Pasien Corona di Bantul Tak Bergejala Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL--Orang tanpa gejala (OTG) mendominasi kasus Covid-19 di Bantul saat ini.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan bahwa 92 persen dari total kasus konfirmasi positif terpapar virus corona baru di daerah ini merupakan orang tanpa gejala (OTG) atau pasien tidak menunjukkan keluhan ciri-ciri terkena virus itu.

Advertisement

"Dari kasus positif sampai dengan saat ini catatan kita sekitar 92 persen itu OTG, yang lain ada komorbid, ada yang hipertensi, ada yang jantung, ada penyakit paru lain, itu yang tercatat pada kita," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Sri Wahyu Joko Santosa di Bantul, Sabtu (1/8/2020) malam.

Total kasus positif Covid-19 di Bantul yang terdata pada laman media sosial Dinas Kesehatan Bantul hingga update terakhir pada Sabtu (1/8/2020) berjumlah 245 orang, dengan angka kesembuhan 125 orang, dan meninggal dunia enam orang.

BACA JUGA: Terima Gelar Honoris Causa, Hasto: Saya Tak Menyangka

Menurutnya, mayoritas pasien OTG ditemukan terpapar virus corona setelah ada serangkaian tes massif baik rapid diagnostic test massal maupun tes usap (swab) PCR baik yang menyasar tenaga kesehatan dan pelaku perjalanan dari daerah risiko tinggi penyebaran COVID-19.

Bahkan, Sri Wahyu yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Bantul ini mengatakan, pasien positif COVID-19 yang berasal dari pelaku perjalanan atau punya riwayat perjalanan dari luar DIY sekitar 40 persen dari seluruh jumlah kasus positif.

"Namun (kasus positif) yang 60 persen itu bukan berarti riwayat yang lain, itu tidak. Tetapi 60 persen ini mereka yang kontak erat dengan pelaku perjalanannya (yang kemudian positif) atau transmisi lokal, jadi dia tertular dari yang 40 persen itu," katanya.

Menurut dia, jadi sebelum dikonfirmasi positif, para pelaku perjalanan tersebut kontak dengan keluarga, tetangga dan teman-teman lingkungan di mana yang bersangkutan bersosialisasi, sehingga dari situ kasus OTG berkembang menjadi lebih banyak lagi.

"Tetapi kita sekarang tidak melihat dari mana dia berasal, karena untuk penyebaran saat ini kita cukup sulit untuk mendeteksi apakah itu dia (pasien positif) dari tempat yang zona berisiko tinggi ataukah dari tempat lain, kita sekarang memang cukup sulit," katanya.

Menurut dia, saat ini Gugus Tugas hanya bisa mendeteksi dan menganalisa bahwa kalau mereka yang ditemukan positif itu sebelumnya melakukan perjalanan yang pada saat dilakukan serangkaian pemeriksaan hasilnya positif.

"Jadi kemungkinan besar bahwa mereka itu mendapatkan infeksi sudah dari awal pada saat dia datang masuk ke wilayah DIY atau Bantul," kata Juru Bicara yang akrab disapa dokter Okky tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

ASN Akan Dipindah ke Ibu Kota Nusantara Secara Bertahap hingga 2029, Ini Prioritasnya

News
| Jum'at, 19 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement