Advertisement

Pentingnya Digitalisasi Seni Karawitan

Ujang Hasanudin
Jum'at, 10 September 2021 - 07:47 WIB
Sunartono
Pentingnya Digitalisasi Seni Karawitan Para narasumber dalam sarasehan Masyarakat Karawitan Yogyakarta (Mastaryo) dengan tema Ragam Dokumentasi Seni Karawitan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu (8/9). - Harian Jogja/Sunartono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Perkembangan teknologi terjadi begitu cepat. Berbagai kemudahan demi kemudahan yang dibutuhkan manusia, sebagian besar telah terlayani oleh berbagai tipe perangkat pintar hasil dari perkembangan teknologi. Seni karawitan dan gamelan juga perlu mengikuti zaman agar tetap eksis  sehingga kesenian ini tidak hilang dan tergantikan akibat digitalisasi, salah satunya melalui digitalisasi seni karawitan.

Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) sekaligus Founder Omah Gamelan Anon Suneko, dalam acara Sarasehan Masyarakat Karawitan Yogyakarta (Mastaryo) dengan tema Ragam Dokumentasi Seni Karawitan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu (8/9/2021). Acara yang digelar TBY tersebut untuk melestarikan seni karawitan di era digtalisasi.

Advertisement

Tujuan dari acara tersebut adalah untuk membangkitkan semangat ngopeni dan handarbeni kekayaan karawitan, “Sekarang masa peralihan tatanan baru, kita perlu menata bagaimana aset leluhur, harus kita kemas sesuai mungkin dengan zaman berikutnya. Membangun kesadaran perlunya dokumentasi, catatan gending, catatan karawitan, audio, dan video,” kata Anon.

Anon mengatakan melihat dokumentasi seni karawitan dan gamelan saat ini sudah tidak up to date terutama untuk anak usia sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah dasar (SD). Karena mereka memiliki standar sendiri dalam belajar seni karawitan sesuai dengan selera mereka. Seperti bagaimana membaca manuskrif kuno dan artefak gamelan.

“Kita haru mengemas dokumentasi karawitan untuk kelanjutan karawitan. Yang jelas kita bekali mereka. Dokumentasi dulu dan sekarang itu beda,” ujar Anon. Menurut dia, generasi muda sekarang tidak ingin ribet dan sulit. Mereka inginnya lebih mudah tinggal membuka gadget dan tersedia di situ.

“Di karawitan banyak belum tersedia dan tersaji di situ. Yang tersedia masih masih untuk usia menengah dan lanjut tentang karawitan. Generasi muda belum punya slot untuk memahami dengan kacamata mereka. Daripada gamelan lebih banyak musik modern, tiktok saja mana yang gamelan malah engga ada. Di media sosial masih membuat mereka tidak dekat dengan seni tradisi kita,” papar Anon.

Selain Anon, narasumber dalam sarasehan tersebut adalah Muchlas Hidayat dan Gatot Danar. Muchlas lebih banyak menulis soal gending Jawa. Sementara Gatot Danar sebagai ahli tata suara bagaimana trik dokumentasi gending yang perlu disajikan pada generasi berikutnya.

Muchlas mengatakan pentingnya dokumentasi seni karawitan ke depan agar jangan sampai kehilangan, “Mumpung sekarang narasumber masih banyak, banyak sumber yang dimintain keterangan, banyak digali pengetahuan secara tertulis maupun pikiran kita kumpulan sebanyak mungkin, kita banjiri dunia digital dengan dokumen seperti ini mau tertulis buku, dokumen audio maupun visual. Bisa disingkronkan, ini notasinya, ini audieonya, ini videonya,” tambah Muchlas.

Kepala TBY, Diah Tutuko Suryandaru mengatakan, sarasehan masyarakat karawitan yang digelar TBY merupakan kegiatan rutin tahunan. Selain itu TBY juga menggelar sarasehan masyarakat tari yogyakarta (Mastaryo), sarasehan seni budaya, sarasehan seni rupa, bincang-bincang sastra dan sebagainya.

“Secara garis besar kami ingin memberi ruang kepada seniman-seniman untuk bertukar pikiran, dokumentasi bertukar pendapat, diharapkan ada diskusi seni sesuai bidannya masing-masing. Misal maskaryo dan mastaryo, dan sebagainya,” kata Diah. Dia berharap dengan sarasehan tersebut para seniman bisa bertukar pikiran dan bertukar pendapat dari yang senior kepada seniman-seniman muda agar ada transfer ilmu.

Pihaknya tidak ingin aktivitas seni terhenti di masa pandemi ini. Ada banyak cara yang bisa digelar misalnya melalui digitalisasi agar aktivitas seni tetap bisa ditampilkan dan bisa dinikmati oleh amsyarakat melalui berbagai perangkat, misalnya melalui live streaming youtube.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement