Advertisement
3 Pohon Beringin di Alun-Alun Utara Tumbang, Begini Makna Pohon Beringin bagi Kraton Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Tiga pohon beringin di area Alun-Alun Utara Jogja tumbang akibat hujan deras dan angin kencang pada, Jumat (1/4/2022) sore.
BACA JUGA: Update Pohon Tumbang hingga Atap Terbang Akibat Hujan Angin di Kota Jogja
Advertisement
Berdasarkan data BPBD Kota Jogja, dari tiga pohon beringin yang tumbang tersebut, dua berada di Kompleks Dwi Satawarsa Alun-Alun Utara Jogja. Pohon beringin pertama tumbang dengan tinggi 20 meter dan diameter 2,5 meter. Dampak robohnya pohon ini pun menutup akses jalan dan menimpa kabel listrik.
Kemudian pohon beringin kedua juga masih berada di Kompleks Dwi Satawarsa Alun-Alun Utara. Pohon ini memiliki tinggi 15 meter dan diameter 2 meter, dampaknya menutup jalan, menimpa kabel listrik, dan menimpa pagar Alun-Alun Utara Jogja.
Pohon beringin ketiga relatif kecil berada di Kompleks Pelataran Masjid Gede Kauman atau tepat di depan Bina Manggala. Pohon ini dengan tinggi 7 meter dan diameter 29 sentimeter.
Berdasarkan situs resmi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kratonjogja.id, Pohon beringin (Ficus Benjamina) memiliki posisi istimewa bagi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai tanaman kerajaan, pohon beringin yang besar dan rimbun melambangkan pengayoman raja kepada rakyatnya. Ada puluhan pohon beringin yang ditanam di kawasan Kraton Jogja, beberapa di antaranya bahkan memiliki nama.
Masyarakat Jawa memandang pohon beringin sebagai pohon hayat, memberikan hayat atau kehidupan pada manusia, juga memberikan pengayoman dan perlindungan. Pohon yang besar dan rimbun seperti beringin dianggap menimbulkan rasa gentar dan hormat.
Penghormatan terhadap beringin sudah ada sejak masa Mataram Islam, kerajaan yang menjadi cikal bakal Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pohon beringin termasuk dalam barang yang diangkut pada proses perpindahan keraton Mataram dari Kartasura menuju Surakarta.
“Rombongan pengangkut yang membawa empat buah pohon beringin pusaka berjalan di depan, diikuti oleh rombongan pengangkut lainnya. Keempat pohon ini kemudian ditanam kembali di ibukota yang baru,” tulis situs resmi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Bahkan di kalangan masyarakat Jawa masa lalu, dikenal frasa neres ringin kurung. Secara harfiah berarti menguliti kulit pohon beringin kurung tersebut dimaknai sebagai memberontak terhadap kekuasaan raja. Pandangan seperti ini tidak dapat dilepaskan dari bentuk dan sifat pohon beringin.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem di DIY Terkini Ada Kaitannya dengan Merapi, Ini Penjelasan BMKG
Pohon beringin memiliki sifat-sifat yang dihubungkan dengan kebesaran Kraton Jogja. Ukurannya besar, tumbuh di segala musim, berumur panjang, dan akar-akarnya dalam dan kuat mencengkram tanah, memiliki kemampuan mengikat air dengan baik.
Daun-daunnya kecil rimbun memberi keteduhan dan pasokan oksigen dalam jumlah besar, memberi rasa aman bagi yang berteduh di bawahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Sorot Kecelakaan Tewaskan 11 Guru di Jalan Purworejo-Magelang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Akhirnya Tanah Tutupan Jepang di Bantul Kini Sudah Bersertifikat
- Pelajar di Bantul Tewas Dibacok Senjata Tajam di Jalan Bawuran
- Tanah Tutupan di Bantul Sudah Bersertifikat, Warga Tuntut Ganti Rugi JJLS
- Pemkab Bantul Terima Hasil Evaluasi BPKP, Fokus pada 5 Sektor Perioritas
- Peringati Hari Jadi ke-109, Pemkab Sleman Gelar Operasi Katarak Gratis
Advertisement