Advertisement
Gelaran Macapat BPNB DIY untuk Lestarikan Budaya dan Merespon Zaman
Advertisement
JOGJA--Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY menggelar sarasehan macapat dengan tajuk “Serat Sri Sadana Menuju Ruwat Bumi Nusantara” pada Kamis (28/7/2022). Pagelaran terseebut menembangkan serat Sri Sadana dan membedah isinya. Ditembangkan oleh generasi muda dari siswa Bale Sinden Sore, pagelaran tersebut ditujukan bagi generasi muda agar merawat budayanya dan dapat mengambil nilai darinya untuk merespon zaman.
Kepala BPNB DIY Dwi Ratna Nurhajarini menjelaskan pagelaran tersebut sebagai bagian dari upaya pemajuan kebudayaan. “Setidaknya ada dua upaya pemajuan kebudayaan dalam kegiatan tersebut,” jelasnya, Kamis (28/7/2022). Pertama memberikan ruang ekspresi budaya lokal untuk dikembangkan, kedua memudahkan akses kebudayaan pada masyarakat luas.
Advertisement
“Macapat ini merupakan kekayaan budaya jadi sebisa mungkin dibuat ruang mempelajarinya dan aksesnya juga harus dibikin mudah agar masyarakat luas dapat ikut menikmatinya,” jelas Ratna.
Pagelaran tersebut merupakan yang kedua kali dilakukan pada tahun ini oleh BPNB DIY. Berlangsung di Hotel Alana, Jogja, gelaran kali ini diikuti 55 peserta lintas generasi. Pilihan serat Sri Sadana kali ini, menurut Ratna, juga untuk meresponS masalah zaman, khususnya lingkungan dan ketahanan pangan.
“Saya dulu yang meneliti serat Sri Sadana ini, ada banyak nilai, ajaran, dan filosofi dalam serat ini yang masih relevan hingga sekarang khususnya untuk mengatasi masalah ketahanan pangan,” tutur Ratna.
Nilai-nilai yang dikandung dalam serat tersebut, jelas Ratna, penting untuk terus diajarkan ke generasi muda. “Sarasehan ini cukup berimbang pesertanya terutama jumlah generasi mudanya, jadi harapannya mereka bisa mengerti dan mau belajar terhadap serat-serat jawa kuno,” ujarnya.
Pembedah serat dalam sarasehan tersebut adalah Rudy Wiratama. Dosen Sastra Jawa UGM tersebut menjelaskan banyak kandungan nilai, ajaran, dan filosofi kehidupan yang diajarkan dalam serat Sri Sadana. Rudy menjelaskan serat ini awalnya ditulis oleh Mpu Kalangwan pada tahun Suryasangkala 853, lalu digubah ulang oleh R. Ng. Ranggawarsita.
“Serat ini menceritakan perjalanan seorang Dewi Sri mencari adiknya, tapi dalam perjalanan ia menemui desa yang hijau makmur,” tutur Rudy. Nilai kejujuran dan rasa syukur dalam serat ini, jelas Rudy, bertaburan dalam cerita. “Jadi kalau mau sejahtera ada dua kunci yaitu jujur dan bersyukur menurut serat Sri Sadana,” jelasnya.
Rudy menyebutkan banyak contoh perumpamaan yang diberikan dalam serat ini. “Petuah terhadap nilai-nilai tersebut disampaikan dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan keseharian,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Boston Celtics Kalahkan Cleveland Cavaliers di Semifinal NBA Wilayah Timur
- Penerbangan Carter Umrah Masih Dimungkinkan Dibuka di Bandara Adi Soemarmo Solo
- Pemkot Solo Gelar Nobar Timnas vs Guinea, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jensud
- Dico dan Raffi Ahmad Foto Bareng Munculkan Spekulasi, Ini Respons Golkar Jateng
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Operasional KRL Jogja Solo Ditambah Jadi 30 Perjalanan
Advertisement
Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga
Advertisement
Berita Populer
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: Dispar dan DPRD DIY Gelar Pelatihan Kuliner di Kampung Wisata Purbayan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Rabu 8 Mei 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Sultan Jogja Optimistis Persoalan Sampah di DIY Akan Segera Berakhir
- Persoalan Sampah Dikhawatirkan Berdampak ke Citra Pariwisata Jogja
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Rabu 8 Mei 2024: DIY Panas Terik!
Advertisement
Advertisement