Advertisement
Unik, Ratusan Dusun di Gunungkidul Memakai Nama Pohon
Seorang pengendara motor saat melintas di JJLS yang berada di kawasan Kapanewon Rongkop. foto diambil 6 Januari 2022 lalu. - Harian Jogja/David Kurniawan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Ratusan dusun di Gunungkidul memakai pepohonan sebagai nama penanda kewilayahan. Komunitas Resan mengklaimnya sebagai bentuk pelestarian lingkungan oleh para leluhur.
Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo, bersama-sama dengan anggota komunitas telah mendata asal usul kewilayahan atau toponimi dusun di Bumi Handayani. Hasilnya, dari 1.431 dusun yang ada, sebanyak 548 dusun diketahui memakai nama-namatumbuh-tumbuhan.
Advertisement
“Persentase pemakaian nama pepohonan sebesar 38,2% dari total nama-nama dusun di Gunungkidul,” kata Padmo, Selasa (1/11/2022).
Dia menjelaskan, Kapanewon Rongkop menjadi wilayah terbanyak yang menggunakan nama pepohonan, yakni sebanyak 50 dusun; Semin ada 47 dusun; Tepus sebanyak 44 dusun; dan Girisubo sebanyak 39 dusun. Adapun toponimi nama dusun di 14 kapanewon lainnya bervariasi mulai dari 10 hingga 37 dusun.
“Hasil pendataan dari Komunitas Resan, Kapanewon Rongkop merupakan yang terbanyak menggunakan nama pepohonan,” ungkapnya.
Nama tumbuhan yang digunakan paling banyak pring atau bambu sebanyak 30 dusun. Selanjutnya ada asem sebanyak 23 dusun; elo ada 15 dusun; jati sebanyak 14 dusun; klepu ada 13 dusun, mojo ada 12 dusu; dan ploso sebanyak 11 dusun.
Padmo menjelaskan pendataan dilakukan sebagai upaya mengingatkan masyarakat berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Terlebih lagi, kata dia, penamaan dusun dengan nama pepohonan merupakan bukti bahwa para leluhur juga menghormati aspek pelestarian lingkungan.
Selain itu, penamaan juga tidak lepas keberadaan pohon yang menjadi ciri khas di wilayah tersebut. “Penamaan wilayah ada tiga unsur pernting. Selain ada sebuah peristiwa, juga menganut pada nama pohon atau hewan. Yang kita data untuk asal usul menggunakan pepohonan,” katanya.
Dia berharap kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Salah satunya menjaga kelestarian alam dengan menjaga dan merawat berbagai pohon yang ada. “Keberadaan pohon juga menjadi sumber kehidupan karena berfungsi sebagai cadangan penyimpan air,” katanya.
BACA JUGA: Bangkitkan Pariwisata Budaya & Alam, Dispar DIY Fasilitasi Tempuran Culture Fest
Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Gunungkidul Choirul Agus Mantara mengatakan banyak nama-nama dusun yang menggunakan nama pohon. Ia menilai, asal usul ini berasal dari dari legenda akan terjadinya sebuah peristiwa.
“Memang butuh kajian mendalam. Tapi, memang faktanya seperti itu. Sebagai contoh Logandeng berasal dari tanaman elo yang bergandengan,” katanya.
Menurut dia, asal usul nama ini sudah terdokumentasikan lewa cerita ketoprak yang ada di masyarakat. “Jadi ini sudah menjadi bagian dari pelestarian terhadap apa yang ada di masyarakat itu sendiri,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Kolaborasi Pemkot-K24-Sarihusada Bebaskan Generasi Jogja dari Stunting
- Legislatif Tekankan Efisiensi Anggaran Tak Ganggu Layanan Publik
- 22 Kontingen dari Berbagai Daerah Ikuti Menoreh Tourism Festival 2025
- Pemkab Gunungkidul Tak Gegabah Bikin Rusunawa Baru, Begini Alasannya
- Ungkap Kasus Proyek Kereta Cepat, Mahfud MD Siap Dipanggil KPK
Advertisement
Advertisement




